Isnin, 27 Julai 2009

Yusuf (Al-Qur'an)
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Yusuf (Arab يوسف ) adalah salah satu nabi agama samawi. Ia juga merupakan salah satu dari 12 putra Yaqub dan merupakan cucu dari Ibrahim.

Daftar isi
1 Keluarga
2 Kisah Yusuf dalam Al-Qur'an
2.1 Ketampananya yang luar biasa
3 Catatan kaki
4 Referensi



[sunting] Keluarga
Yusuf merupakan putera ketujuh (ada sumber mengatakan anak kesebelas) Yakub dan Yusuf berkongsi ibu yang dikenali sebagai Rahil dengan adiknya, Bunyamin. Yusuf mempunyai 12 orang saudara lelaki dan mempunyai rupa paras yang tampan dan dimanjai oleh bapaknya. Walau bagaimanapun, ibu kandungnya wafat ketika baginda berusia 12 tahun.

Kasih sayang berlebihan yang diperolehnya dari Nabi Yaqub membuat iri dan dengki saudara-saudara yang mewujudkan komplot menarik perhatian bapak mereka. Mereka berencana untuk membunuh baginda.

Yahudza, anak lelaki keempat dari Yakub dan yang paling tampan dan bijaksana di antara mereka tidak setuju dengan rencana pembunuhan itu karena perlakuan tersebut adalah dilarang. Maka, demi menghalau Yusuf, dia merencanakan untuk mencampakkan beliau ke dalam sebuah 'sumur tua' yang terletak di persimpangan jalan tempat kafilah-kafilah dagang dan para musafir beristirahat. Dengan itu, kemungkinan Yusuf akan diselamatkan dari sumur tersebut dan di bawa oleh siapa saja untuk dijadikan budak.


[sunting] Kisah Yusuf dalam Al-Qur'an
Al-Qur'an mengawali kisah Yusuf saat ia masih muda. Ia bermimpi melihat sebelas planet, matahari, dan bulan bersujud padanya (Yusuf [12]:4). Mimpi itu ia beritahukan kepada ayahnya, Yaqub yang menyuruhnya agar tidak memberitahukan mimpi itu kepada saudara-saudaranya yang pencemburu (Yusuf [12]:5). Yusuf juga merupakan anak yang paling disayangi Yaqub, sehingga saudaranya merasa cemburu dan mereka merencanakan suatu rencana untuk membuang Yusuf (Yusuf [12]:8). Saudara-saudara Yusuf meminta izin pada Yaqub untuk membawa Yusuf pergi bersama mereka, dan mereka diizinkan. Dalam perjalanan, Yusuf dimasukkan ke dalam sumur dan ditinggal pergi oleh saudara-saudaranya hingga kemudian ia ditemukan oleh kafilah dagang yang kemudian menjualnya di Mesir. Orang yang membeli Yusuf adalah Qithfir, seorang raja Mesir yang mempunyai julukan Al Aziz.


[sunting] Ketampananya yang luar biasa
Yusuf didalam Al-Qur'an dikatakan sebagai pria tertampan didunia. Pernyataan ini digambarkan ketika Yusuf tumbuh remaja, istri tuannya yang bernama Zulaikha menggodanya karena tidak bisa menahan daya tarik ketampanannya dan setiap wanita yang melihatnya pasti terkesima, namun Yusuf menolaknya (Yusuf [12]:23). Sehingga ia mengancam Yusuf akan dipenjarakan, jika tidak mengikuti perintahnya (Yusuf [12]:32). Namun, Yusuf tetap teguh dan ia akhirnya dipenjarakan (Yusuf [12]:33). Yusuf dipenjarakan bersama dua orang tahanan. Di dalam penjara, mereka mengetahui bahwa Yusuf memiliki kejujuran yang tinggi dan dapat menafsirkan mimpi (Yusuf [12]:36). Yusuf berhasil dalam menafsirkan mimpi 2 tahanan lainnya, mimpi mereka adalah bahwa salah satu dari mereka akan dihukum mati, dan yang lainnya akan dibebaskan dan kembali bekerja sebagai penuang air minum raja. Maka, Yusuf meminta pada temannya yang akan dibebaskan untuk mengemukakan masalahnya kepada raja. Namun, ketika dibebaskan, ia melupakan Yusuf, sehingga ia tetap dipenjara.

Beberapa tahun kemudian, raja bermimpi dan menanyakan apa artinya. Penuang minuman tersebut akhirnya ingat pada Yusuf, dan ia menanyakan Yusuf apa arti mimpi raja. Yusuf menafsirkan mimpi raja bahwa akan terjadi tujuh panen yang berlimpah, kemudian diikuti tujuh panen yang sedikit, dan kemudian ada tahun yang penuh dengan hujan. Raja yang mendengar tafsir Yusuf, akhirnya memanggilnya. Namun, sebelumnya Yusuf meminta kepada orang-orang yang menuduhnya ditanyai apa yang sebenarnya terjadi. Zulaikha akhirnya mengakui apa yang dilakukannya pada Yusuf. Yusuf akhirnya dibebaskan dan raja menghendaki ia bekerja untuknya. Yusuf akhirnya meminta agar ia ditugaskan untuk mengurus hasil bumi di negeri itu.

Selama tahun-tahun yang diramalkan paceklik, saudara-saudara Yusuf datang ke Mesir untuk meminta makanan. Mereka diperbolehkan menghadap Yusuf yang mengenal mereka, namun mereka tidak. Yusuf meminta mereka jika ingin meminta makanan lagi, mereka diharuskan membawa adik laki-laki bungsu mereka. Mereka akhirnya membawa adik bungsu mereka pada pertemuan berikutnya. Pada adik bungsunya itulah, Yusuf mengungkapkan kisahnya bahwa ia dipelakukan jahat oleh kakak-kakaknya. Yusuf akhirnya bekerja sama dengan adiknya. Adiknya untuk sementara ditinggal bersamanya. Yusuf berpura-pura bahwa adiknya ditahan karena mencuri gelas minum raja. Pada saat itu juga, Yaqub kehilangan penglihatannya karena merasa kehilangan Yusuf dan saudaranya.

Ketika saudara-saudara Yusuf datang lagi kepadanya, Yusuf mengungkapkan jati dirinya pada mereka. Saudara-saudara Yusuf akhirnya meminta maaf atas tindakan mereka. Yusuf kemudian meminta mereka membawakan bajunya kepada ayahnya dan mengusapkan pada wajah ayahnya untuk memulihkan penglihatannya dan juga memerintahkan mereka untuk membawa orangtua dan keluarga mereka ke Mesir. Setelah tiba di Mesir, orang tua dan saudara-saudaranya bersujud untuk menghormatinya. Yusuf kemudian mengingatkan akan mimpinya di masa muda yang ditafsirkan oleh ayahnya; sebelas planet, matahari, dan bulan bersujud padanya.[1]
Perang Salib Kelima
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Perang Salib Kelima
Bagian dari Perang Salib

Para perwira Salib dari Frisia menantang Menara Damietta, Mesir
Tanggal 1217 - 1221
Lokasi Mesir
Hasil Perjanjian perdamaian selama 8 tahun antara Dinasti Ayyubi dan Eropa

Pihak yang terlibat
Tentara Salib
Kekaisaran Latin di Konstantinopel
Yerusalem
Kerajaan Siprus
15px|border Ksatria Templar
Ksatria Teutonik
Ksatria Hospitaller
Kerajaan Hongaria
Kroasia
Berkas:Coat of Arms Zara.jpg Dalmatia
Halych
Kabupaten Belanda
Koln
Flanders
Frisia
Kerajaan Perancis
Negara Kepausan
Mesir
Dinasti Ayubi

Komandan
Yohanes dari Brienne
Bohemond IV
Hugh I
Kaykaus I
Frederick II
Leopold VI
Pedro de Montaigu
Hermann von Salza
Guérin de Montaigu
Berkas:Coat of Arms Zara.jpg Andrew II
William I
Phillip II
Pelagio Galvani Al-Kamil
Kekuatan
32.000 orang Tak diketahui
Jumlah korban
Tak diketahui Tak diketahui


Perang Salib Kelima (1217–1221) adalah upaya untuk merebut kembali Yerusalem dan seluruh wilayah Tanah Suci lainnya dengan pertama-tama menaklukkan negara Ayubi yang kuat di Mesir.

Paus Honorius III mengorganisir Tentara Salib yang dipimpin oleh Leopold VI dari Austria dan Andrew II dari Hongaria, dan sebuah serangan terhadap Yerusalem akhirnya menyebabkan kota itu tetap berada di tangan pihak Muslim. Belakangan pada 1218, sebuah pasukan Jerman yang dipimpin oleh Oliver dari Koln, dan sebuah pasukan campuran Belanda, Vlams dan Frisia yang dipimpin oleh William I, Adipati Belanda tiba. Untuk menyerang Damietta di Mesir, mereka bersekutu dengan Kesultanan Rûm Seljuk di Anatolia, yang menyerang Dinasti Ayubi di Suriah dalam upaya membebaskan Tentara Salib dari pertempuran di dua front.

Setelah menduduki pelabuhan Damietta, para Tentara Salib berbaris ke selatan menuju Kairo pada Juli 1221, tetapi mereka berbalik setelah pasokan mereka berkurang dan menyebabkan mereka harus mengundurkan diri. Sebuah serangan malam oleh Sultan Al-Kamil menyebabkan kerugian besar di kalangan Tentara Salib dan akhirnya pasukan itu pun menyerah. Al-Kamil sepakat untuk mengadakan perjanjian perdamaian delapan tahun dengan Mesir.

Daftar isi
1 Seruan untuk berperang
1.1 Prancis
2 Catatan dan rujukan
3 Literatur



[sunting] Seruan untuk berperang
Pada musim semi 1213, Paus Inosensius III menerbitkan bula kepausan Quia maior, yang menyerukan kepada seluruh Dunia Kristen untuk bergabung dalam sebuah Perang Salib yang baru. Namun raja-raja dan kaisar-kaisar Eropa, sedang sibuk berperang di antara mereka sendiri. Pada saat yang sama, Paus Inosensius III tidak menginginkan bantuan mereka, karena perang salib sebelumnya yang dipimpin oleh raja-raja pernah gagal. Ia memerintahkan diadakanya prosesi, doa, dan mengkhotbahkan seruan untuk mengorganisir Perang Salib itu, dengan harapan untuk melibatkan penduduk umumnya, para bangsawan kecil, dan para ksatria.


[sunting] Prancis
Pesan yang mengandung seruan berperang ini disampaikan di Prancis oleh Robert dari Courçon. Namun, berbeda dengan Perang Salib lainnya, tidak banyak ksatria Prancis yang ikut serta, karena mereka sudah berperang dalam Perang Salib Albigensia melawan sekte Kathar yang sesat di Pranis selatan.

Pada 1215 Paus Inosensius III menghimpun Konsili Lateran IV. Dengan rekan-rekannya, antara lain Patriarkh Latin dari YJerusalem, Raoul dari Merencourt, ia membahas perebutan kembali Tanah Suci, di antara urusan gereja lainnya. Paus Inosensius ingin peperangan ini dipimpin oleh kepausan, seperti yang mestinya terjadi dengan Perang Salib Pertama untuk menghindari kesalahan-kesalahan Perang Salib Keempat, yang diambil alih oleh bangsa Venezia. Paus Inosensius merencanakan para perwira Salib bertemu di Brindisi pada 1216, dan melarang perdagangan dengan pihak Muslim, untuk memastikan bahwa para perwira Salib akan memiliki kapal dan senjata. Setiap perwira Salib akan menerima indulgensia, termasuk mereka yang hanya ikut menolong membayar biaya-biaya seorang perwira Salib, namun tidak pergi sendiri dalam peperangan.
Perang Salib Keempat
Serangan salib keempat (1202-1204) terjadi ketika pasukan salib dari Eropa Barat ingin mendirikan kerajaan Norman (Eropa Barat) di atas puing-puing Yunani. Paus Innocentius III menyatakan pasukan salib telah murtad (excommuned). Di Konstantinopel permintaan-permintaan tentara salib menimbulkan perlawanan rakyat, yang dibalas tentara salib dengan membakar kota itu serta mendudukkan kaisar latin serta padri latin. Sebelumnya, kaisar dan padri Konstantinopel selalu yunani. Tahun 1212, ribuan pemuda Perancis diberangkatkan dengan kapal untuk bergabung dengan pasukan salib, namun oleh kapten kapal mereka justru dijual sebagai budak ke Afrika Utara! Reputasi pasukan salib dan respek atasnya sudah semakin pudar.
Perang Salib Ketiga
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari

Seri Perang Salib
Perang Salib Pertama
Perang Salib Rakyat
Perang Salib Jerman, 1096
Perang Salib 1101
Perang Salib Kedua
Perang Salib Ketiga
Perang Salib Keempat
Perang Salib Albigensian
Perang Salib Anak-anak
Perang Salib Kelima
Perang Salib Keenam
Perang Salib Ketujuh
Perang Salib Gembala
Perang Salib Kedelapan
Perang Salib Kesembilan
Perang Salib Utara
Perang Salib Ketiga (1189–1192), juga dikenal sebagai Perang Salib Para Raja, adalah sebuah perang yang dikobarkan para pemimpin Eropa untuk mendapatkan kembali Tanah Suci dari tangan Shalahudin Al-Ayyubi dalam rangkaian Perang Salib.

Setelah Perang Salib Kedua, dinasti Zengid yang berhasil mengontrol Suriah terlibat dalam konflik dengan Mesir pimpinan dinasti Fatimiyah, yang berakhir dengan bersatunya Mesir dan Suriah di bawah pimpinan Shalahudin Al-Ayyubi. Shalahudin Al-Ayyubi kemudian menggunakan kekuatannya untuk menaklukan Yerusalem pada tahun 1187. Serangan salib ketiga ini dipimpin oleh tokoh-tokoh Eropa yang paling terkenal: Friedrich I Barbarosa dari Jerman, Richard I Lionheart dari Inggris dan Phillip II dari Perancis. Namun di antara mereka ini sendiri terjadi perselisihan dan persaingan yang tidak sehat, sehingga Friedrich mati tenggelam, Richard tertawan (akhirnya dibebaskan setelah memberi tebusan yang mahal), sedang Phillip bergegas kembali ke Perancis untuk merebut Inggris justru selama Richard tertawan.
Perang Salib Kedua
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Perang Salib Kedua
Bagian dari Perang Salib

Peta tahun 1140 yang menunjukan jatuhnya Edessa di sebelah kanan peta, yang merupakan sebab terjadinya Perang Salib Kedua.
Tanggal 1145-1149
Lokasi Semenanjung Iberia, Timur Dekat (Anatolia, Levant, Palestina), Mesir
Hasil Kegagalan mendirikan kembali Edessa. Meningkatnya pertempuran antara negara-negara Tentara Salib dan kekaisaran Muslim. Penaklukan Lisbon oleh Portugis, jatuhnya Murabitun, dan bangkitnya Muwahidun. Traktat perdamaian antara Kekaisaran Bizantium dan Seljuk. Meningkatnya ketegangan antara Kekaisaran Bizantium dan Tentara Salib. Dimulainya serangan Tentara Salib ke Mesir.
Perubahan wilayah Status quo ante bellum

Pihak yang terlibat
Tentara salib
Kerajaan Yerusalem
Kekaisaran Bizantium
Kekaisaran Suci Romawi
Kerajaan Perancis
Kerajaan Inggris
Muslim
Kesultanan Rum
Kerajaan Sisilia
Murabitun
Muwahidin
Zengid
Abbasiyah
Fatimiyah

Komandan
Melisende dari Yerusalem
Baldwin III dari Yerusalem
Raymond II
Raymond dari Poitiers
Manuel I Komnenos
Thoros II
Afonso I dari Portugal
Alfonso VII dari León
Conrad III dari Jerman
Ottokar III dari Styria
Louis VII dari Perancis
Thierry dari Elsas
Stephen dari Inggris
Geoffrey V Mesud I
Roger II
Tashfin bin Alibr
Ibrahim bin Tashfin
Ishaq bin Ali
Abdul Mu'min
Imad ad-Din Zengi
Saif ad-Din Ghazi I
Al-Muqtafi
Al-Hafiz
Kekuatan
Jerman: 20.000 tentara[1]
Perancis: 15.000 tentara[2]
Perang Salib Kedua (1145–1149) adalah Perang Salib kedua yang dilancarkan dari Eropa. Perang ini terjadi akibat jatuhnya County Edessa pada tahun sebelumnya. Edessa adalah negara-negara Tentara Salib yang pertama kali didirikan selama Perang Salib Pertama (1095–1099), dan juga negara yang pertama kali runtuh. Perang Salib Kedua diumumkan oleh Paus Eugenius III, dan merupakan Perang Salib pertama yang dipimpin oleh raja-raja Eropa, seperti Louis VII dari Perancis dan Conrad III dari Jerman, dengan bantuan dari bangsawan-bangsawan Eropa penting lainnya. Pasukan-pasukan kedua raja tersebut bergerak menyebrangi Eropa secara terpisah dan sedikit terhalang oleh kaisar Bizantium, Manuel I Comnenus; setelah melewati teritori Bizantium ke dalam Anatolia, pasukan-pasukan kedua raja tersebut dapat ditaklukan oleh bangsa Seljuk. Louis, Conrad, dan sisa dari pasukannya berhasil mencapai Yerusalem dan melakukan serangan yang "keliru" ke Damaskus pada tahun 1148. Perang Salib di Timur gagal dan merupakan kemenangan besar bagi pihak Muslim. Kegagalan ini menyebabkan jatuhnya kota Yerusalem dan Perang Salib Ketiga pada akhir abad ke-12.

Serangan-serangan yang berhasil hanya terjadi di luar laut Tengah. Bangsa Flem, Frisia, Normandia, Inggris, Skotlandia, dan beberapa tentara salib Jerman, melakukan perjalanan menuju Tanah Suci dengan kapal. Mereka berhenti dan membantu bangsa Portugis merebut Lisboa tahun 1147. Beberapa di antara mereka, yang telah berangkat lebih awal, membantu merebut Santarém pada tahun yang sama. Mereka juga membantu menguasai Sintra, Almada, Palmela dan Setúbal, dan dipersilakan untuk tinggal di tanah yang telah ditaklukan, tempat mereka mendapatkan keturunan. Sementara itu, di Eropa Timur, Perang Salib Utara dimulai dengan usaha untuk merubah orang-orang yang menganut paganisme menjadi beragama Kristen, dan mereka harus berjuang selama berabad-abad.

Daftar isi
1 Latar belakang
1.1 Reaksi dari Barat
2 Bernard dari Clairvaux
3 Perang salib Wend
4 Reconquista dan jatuhnya Lisbon
5 Perang Salib di Timur
5.1 Rute Jerman
5.2 Rute Perancis
5.3 Perjalanan menuju Yerusalem
5.4 Dewan Akko
5.5 Pengepungan Damaskus
6 Akibat
7 Catatan kaki
8 Referensi
9 Daftar pustaka
10 Pranala luar



[sunting] Latar belakang
Setelah terjadinya Perang Salib Pertama dan Perang Salib 1101, terdapat tiga negara tentara salib yang didirikan di timur: Kerajaan Yerusalem, Kerajaan Antiokhia, dan County Edessa. County Tripoli didirikan pada tahun 1109. Edessa adalah negara yang secara geografis terletak paling utara dari keempat negara ini, dan juga merupakan negara yang paling lemah dan memiliki populasi yang kecil; oleh sebab itu, daerah ini sering diserang oleh negara Muslim yang dikuasai oleh Ortoqid, Danishmend, dan Seljuk. Baldwin II dan Joscelin dari Courtenay ditangkap akibat kekalahan mereka dalam pertempuran Harran tahun 1104. Baldwin dan Joscelin ditangkap kedua kalinya pada tahun 1122, dan meskipun Edessa kembali pulih setelah pertempuran Azaz pada tahun 1125, Joscelin dibunuh dalam pertempuran pada tahun 1131. Penerusnya, Joscelin II, dipaksa untuk bersekutu dengan kekaisaran Bizantium, namun, pada tahun 1143, baik kaisar kekaisaran Bizantium, John II Comnenus dan raja Yerusalem Fulk dari Anjou, meninggal dunia. Joscelin juga bertengkar dengan Raja Tripoli dan Pangeran Antiokhia, yang menyebabkan Edessa tidak memiliki sekutu yang kuat.

Sementara itu, Zengi, Atabeg dari Mosul, merebut Aleppo pada tahun 1128. Aleppo merupakan kunci kekuatan di Suriah. Baik Zengi dan raja Baldwin II mengubah perhatian mereka ke arah Damaskus; Baldwin dapat ditaklukan di luar kota pada tahun 1129. Damaskus yang dikuasai oleh Dinasti Burid, nantinya bersekutu dengan raja Fulk ketika Zengi mengepung kota Damaskus pada tahun 1139 dan tahun 1140; aliansi dinegosiasikan oleh penulis kronik Usamah ibn Munqidh.

Pada akhir tahun 1144, Joscelin II bersekutu dengan Ortoqid dan menyerang Edessa dengan hampir seluruh pasukannya untuk membantu Ortoqid Kara Aslan melawan Aleppo. Zengi, yang ingin mengambil keuntungan dalam kematian Fulk pada tahun 1143, dengan cepat bergerak ke utara untuk mengepung Edessa, yang akhirnya jatuh ketangannya setelah 1 bulan pada tanggal 24 Desember 1144. Manasses dari Hierges, Philip dari Milly dan lainnya dikirim ke Yerusalem untuk membantu, tetapi mereka sudah terlambat. Joscelin II terus menguasai sisa Turbessel, tetapi sedikit demi sedikit sisa daerah tersebut direbut atau dijual kepada Bizantium. Zengi sendiri memuji Islam sebagai "pelindung kepercayaan" dan al-Malik al-Mansur, "raja yang berjaya". Ia tidak menyerang sisa teritori Edessa, atau kerajaan Antiokhia, seperti yang telah ditakuti; peristiwa di Mosul memaksanya untuk pulang, dan ia sekali lagi mengamati Damaskus. Namun, ia dibunuh oleh seorang budak pada tahun 1146 dan digantikan di Aleppo oleh anaknya, Nuruddin.[3] Joscelin berusaha untuk merebut kembali Edessa dengan terbunuhnya Zengi, tapi Nuruddin dapat mengalahkannya pada November 1146.


Seri Perang Salib
Perang Salib Pertama
Perang Salib Rakyat
Perang Salib Jerman, 1096
Perang Salib 1101
Perang Salib Kedua
Perang Salib Ketiga
Perang Salib Keempat
Perang Salib Albigensian
Perang Salib Anak-anak
Perang Salib Kelima
Perang Salib Keenam
Perang Salib Ketujuh
Perang Salib Gembala
Perang Salib Kedelapan
Perang Salib Kesembilan
Perang Salib Utara

[sunting] Reaksi dari Barat
Berita jatuhnya Edessa diberitakan oleh para peziarah pada awal tahun 1145, lalu kemudian oleh duta besar dari Antiokhia, Yerusalem dan Armenia. Uskup Hugh dari Jabala melaporkan berita ini kepada Paus Eugenius III, yang menerbitkan bula kepausan Quantum praedecessores pada tanggal 1 Desember 1145, yang memerintahkan dilaksanakannya Perang Salib Kedua. Hugh juga memberitahu Paus bahwa seorang raja Kristen timur diharapkan akan memberi pertolongan kepada negara-negara tentara salib: ini merupakan penyebutan Prester John yang pertama kali didokumentasikan. Eugenius tidak menguasai Roma dan tinggal di Viterbo, namun demikian, perang salib diartikan untuk lebih mengatur dan menguasai daripada Perang Salib Pertama: beberapa pendeta akan diterima oleh paus, angkatan bersenjata akan dipimpin oleh raja-raja terkuat dari Eropa, dan rute penyerangan akan direncanakan. Tanggapan terhadap bula kepausan perang salib sedikit, dan harus dikeluarkan kembali saat Louis VII akan mengambil bagian dalam ekspedisi. Louis VII dari Perancis juga telah memikirkan ekspedisi baru tanpa campur tangan Paus, di mana ia mengumumkan kepada istanannya di Bourges pada tahun 1145. Hal ini diperdebatkan saat Louis merencanakan perang salibnya sendiri, saat ia hendak memenuhi janjinya kepada saudaranya, Phillip, bahwa ia akan pergi ke Tanah Suci, di mana ia akhirnya dihentikan oleh kematian. Mungkin Louis memilih pilihannya dengan bebas dengan mendengar tentang Quantum Praedecessores. Dalam beberapa hal, Kepala Biara Suger dan bangsawan lainnya tidak senang dengan rencana Louis, di mana ia akan pergi dari kerajaan selama beberapa tahun. Louis berkonsultasi dengan Bernard dari Clairvaux, yang menyuruhnya menemui kembali ke Eugenius. Kini Louis telah mendengar tentang bula kepausan, dan Eugenius dengan penuh semangat mendukung perang salib Louis. Bula kepausan dikeluarkan kembali pada tanggal 1 Maret 1146, dan Paus Eugenius memberikan kekuasaan kepada Bernard untuk berceramah di Perancis.[4]


[sunting] Bernard dari Clairvaux
Paus memerintahkan Bernard untuk mengkhotbahkan Perang Salib Kedua dan memberikan indulgensi yang sama untuk itu sebagaimana diberikan oleh Paus Urbanus II untuk Perang Salib Pertama.[5] Parlemen diundang di Vézelay, Burgundia tahun 1146, dan Bernard berkhotbah dihadapan dewan. Louis VII dari Perancis, istri Louis Aliénor dari Aquitania, pangeran dan pemimpin-pemimpin hadir dan tiarap dibawah kaki Bernard untuk menerima salib peziarah. Conrad III dari Jerman dan keponakannya Frederick Barbarossa, menerima salib dari tangan Bernard.[6] Paus Eugenius sendiri datang ke Perancis untuk menyemangati. Bernard kemudian menuju ke Jerman, dan mukjizat-mukjizat dilaporkan semakin lama semakin banyak hampir di setiap langkahnya yang menandai keberhasilan misinya.


Aliénor dari AquitaniaWalaupun semangatnya meluap-luap, namun pada dasarnya Bernard bukanlah seorang fanatik maupun penganiaya. Seperti pada Perang Salib Pertama, khotbahnya dengan tidak sengaja menyebabkan serangan terhadap orang Yahudi; pendeta fanatik Perancis yang bernama Rudolf menyebabkan pembantaian Yahudi di Rhineland, Cologne, Mainz, Worms, dan Speyer, dengan Rudolf menyatakan Yahudi tidak membantu secara finansial untuk menyelamatkan Tanah Suci. Bernard menentang serangan tersebut dan berkelana dari Flander ke Jerman untuk menyelesaikan masalah dan menenangkan massa. Bernard lalu bertemu Rudolf di Mainz dan berhasil membuatnya diam, lalu mengembalikannya ke biara.[7]


[sunting] Perang salib Wend
Ketika Perang Salib Kedua dipanggil, banyak orang Jerman Selatan yang menjadi sukarelawan perang. Orang Jerman Utara tidak mau mengikutinya. Pada pertemuan Reichstag di Frankfurt tanggal 13 Maret 1147, mereka memberitahu Santo Bernard bahwa mereka lebih ingin berperang melawan bangsa Slavia. Paus Eugenius menerima rencana Sachsen dan mengeluarkan bula kepausan Divina dispensatione pada 13 April. Bula Kepausan ini menyatakan bahwa tidak ada perbedaan nilai spiritual yang didapat dalam masing-masing perang salib. Orang yang menjadi sukarelawan melawan bangsa Slavia adalah bangsa Denmark, Sachsen, dan Polandia,[8] dan juga terdapat bangsa Bohemia.[9] Wakil Paus, Anselm dari Havelberg, diberi wewenang untuk memegang kekuasaan secara keseluruhan. Kampanye itu sendiri dipimpin oleh keluarga Sachsen seperti Ascania, Wettin, dan Schauenburg.[10]


Santo Bernard dari Clairvaux.Kecewa dengan parsitipasi Jerman dalam perang salib, Obotrit menyerang Wagria pada Juni 1147, menyebabkan pergerakan tentara salib pada akhir musim panas tahun 1147. Setelah mengeluarkan Obotrit dari teritori Kristen, tentara salib menyerang benteng Obotrit di Dobin dan benteng bangsa Liutizia di Demmin. Ketika beberapa tentara perang salib menganjurkan untuk menghancurkan wilayah di luar kota, beberapa lainnya menolak, "Apakah itu bukan tanah kita hingga kita hendak menghancurkannya, dan apakah mereka bukan bangsa kita sehingga kita hendak bertarung lawan mereka?"[11] Pasukan Sachsen dibawah Henry si Singa mundur setelah kepala kaum pagan Niklot setuju untuk membaptis garnisiun Dobin. Setelah pengepungan Demmin gagal, kontingen tentara salib dialihkan untuk menyerang Pomerania. Mereka telah mencapai kota Kristen Stettin, lalu sesudah itu tentara salib dibubarkan setelah bertemu Uskup Albert dari Pomerania dan Pangeran Ratibor I dari Pomerania. Menurut Bernard dari Clairvaux, tujuan perang salib ini adalah untuk melawan Slavia pagan "hingga pada saatnya nanti, dengan pertolongan Tuhan, entah mereka akan berpindah agama atau disingkirkan.".[12] Namun, tentara salib gagal merubah agama kebanyakan Wend. Orang-orang Sachsen mendapati kaum Slavia di Dobin berbondong-bondong kembali ke kepercayaan pagan mereka ketika tentara Kristen dibubarkan, "Jika mereka ingin agar Kekristenan mengakar kuat ... yang harus mereka lakukan adalah menyebarkannya melalui pengajaran, bukan menggunakan senjata."[13]

Pada akhir perang salib, Mecklenburg dan Pomerania mengalami penjarahan dan depopulasi akibat maraknya pertumpahan darah, terutama oleh tentara Henry si Singa.[14] Hal ini membantu membawa lebih banyak kemenangan Kristen di masa depan. Penduduk Slavia kehilangan banyak metode produksi, membatasi perlawanan mereka di masa depan.[15]


[sunting] Reconquista dan jatuhnya Lisbon

Alfonso I dari PortugisPada musim semi tahun 1147, Paus mengatur ekspansi perang salib ke semenanjung Iberia. Ia memerintahkan Alfonso VII dari León untuk menyamakan kampanyenya melawan Moor dengan sisa Perang Salib Kedua.[16] Pada Mei 1147, kontingen tentara salib pertama meninggalkan Dartmouth di Inggris menuju Tanah Suci. Cuaca buruk memaksa kapal mereka berhenti di kota Porto pada 16 Juni 1147. Di sana mereka dibujuk untuk bertemu dengan Afonso I dari Portugal.[17]

Tentara salib setuju untuk membantu Afonso menyerang Lisbon. Pengepungan Lisbon terjadi dari 1 Juli hingga 25 Oktober 1147. Pada 25 Oktober, penguasa Moor menyerah, terutama karena kelaparan. Kebanyakan tentara salib menetap di kota yang baru direbut, tetapi beberapa dari mereka berlayar dan meneruskan perjalanan ke Tanah Suci.[17]

Di tempat lain di semenanjung Iberia pada waktu yang hampir sama, Alfonso VII of León, Ramon Berenguer IV, dan lainnya memimpin tentara salib Katalan dan Perancis melawan kota pelabuhan Almería yang kaya. Dengan dukungan dari angkatan laut Genova-Pisa, kota ini berhasil diduduki pada Oktober 1147.[18] Ramon Berenger lalu menyerang wilayah Taifa Murabitun di Valencia dan Murcia. Pada Desember 1148, ia merebut Tortosa setelah pengepungan selama lima bulan dengan bantuan tentara salib Perancis dan Genova.[18] Satu tahun kemudian, Fraga, Lleida dan Mequinenza jatuh ke tangan pasukannya.[19]


[sunting] Perang Salib di Timur
Joscelin mencoba merebut kembali Edessa setelah pembunuhan Zengi, tetapi Nuruddin menaklukannya pada November 1146. Pada 16 Februari 1147, tentara salib Perancis bertemu di Étampes untuk mendiskusikan rutem ereka. Jerman memilih untuk melewati Hongaria karena Roger II, Raja Sisilia, adalah musuh dari Conrad dan rute laut secara politis tidak praktis. Banyak bangsawan Perancis tidak mempercayai jalur yang akan membawa mereka melalui Kekaisaran Romawi Timur tersebut, yang memiliki sejarah buruk pada masa Perang Salib Pertama. Meskipun demikian, akhirnya diputuskan untuk mengikuti Conrad, dan direncanakan untuk berangkat pada 15 Juni. Roger II merasa tersinggung dan menolak berpartisipasi lebih lanjut. Di Perancis, Kepala biara Suger dan William II dari Nevers terpilih sebagai wali raja sementara raja pergi mengikuti perang salib. Di Jerman, pengkhotbahan lebih lanjut dilakukan oleh Adam dari Ebrach dan Otto dari Freising. Pada 13 Maret di Frankfurt, putra Conrad, Frederick, terpilih sebagai raja dibawah perwakilan Henry, Uskup kepala Mainz. Jerman berencana untuk pergi ke Tanah Suci pada hari Paskah, tetapi mereka tidak pergi sampai bulan Mei.[20]


[sunting] Rute Jerman
Tentara Salib Jerman, tediri dari Franconia, Bayern, dan Swabia, meninggalkan tanah air mereka pada Mei 1147. Ottokar III dari Styria bergabung dengan Conrad di Wina, dan musuh Conrad, Geza II dari Hongaria, akhirnya membiarkan mereka lewat. Ketika 20.000 pasukan Jerman tiba di teritori Bizantium, Manuel takut mereka akan menyerang Bizantium, dan pasukan Bizantium ditugaskan agar tidak terjadi masalah apapun. Terdapat pertempuran kecil dengan beberapa orang Jerman yang tidak mau menurut di dekat Philippopolis dan di Adrianopel, dimana jendral Bizantium, Prosouch, bertempur dengan keponakan Conrad, yang nantinya akan menjadi kaisar, Frederick. Lebih buruk lagi, beberapa pasukan Jerman tewas karena banjir pada awal bulan September. Pada 10 September, mereka tiba di Konstantinopel, dimana hubungandengan Manuel kurang baik dan orang Jerman dipersilakan untuk menyebrang menuju Asia Kecil secepat mungkin. Manuel ingin Conrad meninggalkan beberapa pasukannya di belakang untuk membantunya bertahan melawan serangan dari Roger II, yang telah mengambil kesempatan untuk untuk merebut kota-kota di Yunani, tapi Conrad menolak, walaupun ia adalah musuh dari Roger.[21]


Kaisar Frederick I, adipati Swabia selama Perang Salib KeduaDi Asia Kecil, Conrad memilih untuk tidak menunggu pasukan Perancis, dan maju menyerang Iconium, ibukota Kesultanan Rum. Conrad memisahkan pasukannya menjadi 2 divisi. Conrad memimpin salah satu 1 divisi, yang hampir dihancurkan oleh Seljuk pada 25 Oktober 1147 pada pertempuran kedua Dorylaeum.[22]

Turki Seljuk menggunakan taktiknya dalam berpura-pura mundur, lalu menyerang kavalri kecil Jerman yang terpisah dari pasukan utama karena mengejar mereka. Conrad mulai mundur pelan-pelan ke Konstantinopel, dan pasukannya diganggu setiap hari oleh Turki Seljuk, yang menyerang dan menaklukan penjaga depan. Bahkan Conrad terluka saat bertempur dengan mereka. Divisi yang lain, dipimpin oleh Otto dari Freising, maju ke selatan pantai Mediterania dan dapat ditaklukan pada awal tahun 1148.[23]


[sunting] Rute Perancis

Lukisan Dinding Kaisar Manuel ITentara Salib Perancis berangkat dari Metz pada bulan Juni 1147, dipimpin oleh Louis, Thierry dari Elsas, Renaut I dari Bar, Amadeus III dari Savoy dan saudaranya William V dari Montferrat, William VII dari Auvergne, dan lain-lain, bersama dengan pasukan Lorraine, Bretagne, Burgundi, dan Aquitaine. Pasukan dari Provence, dipimpin oleh Alphonse dari Tolosa, memilih untuk menunggu sampai bulan Agustus. Di Worms, Louis bergabung dengan tentara salib dari Normandia dan Inggris. Mereka mengikuti rute Conrad dengan damai, meskipun Louis datang dalam konflik dengan Geza dari Hongaria sat Geza menemukan Louis telah mempersilakan orang Hongaria untuk bergabung dengan pasukannya.[24]

Sejak negosiasi awal diantara Louis dan Manuel, Manuel telah menghentikan kampanye militer melawan Kesultanan Rüm dan menandatangani gencatan senjata dengan Mas'ud. Hal ini dilakukan sehingga Manuel dapat mengkonsentrasikan pertahanan kekaisarannya dari tentara salib, yang memiliki reputasi buruk akibat pencurian dan pengkhianatan sejak Perang Salib Pertama. Mereka dituduh melakukan hal yang jahat di Konstantinopel. Hubungan Manuel dengan pasukan Perancis lebih baik daripada dengan orang Jerman. Beberapa orang Perancis marah karena gencatan senjata Manuel dengan Seljuk dan melakukan penyerangan di Konstantinopel, tapi mereka dapat dikendalikan oleh Louis.[25]

Ketika pasukan dari Savoy, Auvergne, dan Montferrat bergabung dengan Louis di Konstantinopel dengan melewati Italia dan menyebrang dari Brindisi menuju Durres, seluruh pasukan mereka menyebrangi Bosporus menuju Asia Kecil melalui kapal. Mereka disemangati oleh rumor bahwa Jerman telah merebut Iconium, tetapi Manuel menolak memberi Louis bantuan tentara Bizantium. Bizantium baru saja diserang oleh Roger II dari Sisilia, dan seluruh pasukan Manuel dibutuhkan di Balkan. Baik Jerman dan Perancis memasuki Asia tanpa bantuan Bizantium, tidak seperti pada Perang Salib Pertama. Dalam tradisi yang dibuat oleh kakek dari Manuel, Alexios I, Manuel menyuruh orang Perancis untuk mengembalikan teritori manapun yang direbutnya kepada Bizantium.[26]

Pasukan Perancis bertemu sisa dari pasukan Conrad di Nicea, dan Conrad bergabung dengan pasukan Louis. Mereka mengikuti rute Otto dari Freising, dan mereka tiba di Efesus pada bulan Desember, dimana mereka mempelajari bahwa Turki Seljuk mempersiapkan serangan terhadap mereka. Manuel juga mengirim duta besar yang menyatakan keluhan mengenai penjarahan dan perampasan yang dilakukan oleh Louis, dan tidak ada jaminan bahwa Bizantium akan membantu mereka melawan Turki Seljuk. Setelah itu, Conrad jatuh sakit dan kembali ke Konstantinopel, dimana Manuel memeriksanya. Louis tidak mendengarkan peringatan mengenai serangan Seljuk dan lalu bergerak keluar Efesus. Seljuk menunggu menyerang, tapi dalam pertempuran kecil diluar Efesus. Pasukan Perancis memenangkan perrtempuran tersebut.[27]

Mereka mencapai Laodicea pada Januari 1148, hampir pada waktu yang sama setelah pasukan Otto dari Freising dihancurkan di wilayah yang sama.[28] Melanjutkan serangan, barisan depan dibawah Amadeus dari Savoy terpisah dari sisa pasukan, dan pasukan Louis diikuti oleh Turki. Pasukan Turki tidak mengganggu dengan menyerang lebih lanjut dan pasukan Perancis bergerak menuju Adalia. Adalia telah dihancurkan oleh Seljuk, dan juga telah dibakar agar pasukan Perancis tidak mendapat makanan. Louis tidak lagi ingin bergerak melalui wilayah demi wilayah, dan memilih untuk mengumpulkan armada di Adalia dan berlabuh ke Antiokhia.[22] Setelah terlambat selama 1 bulan karena badai, hampir semua kapal yang dijanjikan tidak tiba. Louis dan koleganya mengambil kapal untuk diri mereka sendiri, sementara sisa pasukan harus melanjutkan perjalanan yang jauh ke Antiokhia. Pasukan itu hampir dihancurkan seluruhnya, baik karena serangan Turki maupun karena sakit.[29]


[sunting] Perjalanan menuju Yerusalem

Raymond dari Poitiers menyambut Louis VII di Antiokhia.Louis tiba di Antiokhia pada tanggal 19 Maret, setelah terlambat akibat badai; Amadeus dari Savoy meninggal di Siprus selama perjalanan. Louis disambut oleh paman dari Aliénor, Raymond. Raymond mengharapkan ia membantunya bertahan melawan Seljuk dan menemaninya dalam ekspedisi melawan Aleppo, tetapi Louis menolak. Ia lebih memilih untuk menyelesaikan peziarahannya di Yerusalem daripada fokus dalam aspek militer perang salib.[30] Raymond ingin agar Aliénor, istri dari Louis, tetap berada di belakang dan menceraikan Louis jika ia menolak membantunya. Louis segera meninggalkan Antiokhia menuju County Tripoli. Sementara itu, Otto dari Freising dan sisa pasukannya tiba di Jerusalam pada awal bulan April, setelah itu Conrad segera sampai.[31] Fulk, Patriark dari Yerusalem, dikirim untuk mengundang Louis bergabung dengan mereka. Armada yang berhenti di Lisbon tiba, dan juga Provencal dibawah komando Aphonse dari Tolosa. Alphonse sendiri tewas dalam perjalanan menuju Yerusalem karena diracuni oleh Raymond II dari Tripoli, keponakannya yang takut akan aspirasi politiknya di Tripoli. Target utama tentara salib adalah Edessa, tetapi target yang lebih diutamakan oleh Raja Baldwin III dan Ordo Bait Allah adalah Damaskus.[30]


[sunting] Dewan Akko
Kebangsawanan Yerusalem menyambut datangnya pasukan dari Eropa, dan diumumkan bahwa dewan harus melaksanakan pertemuan untuk menentukan target terbaik tentara salib. Pertemuan berlangsung pada tanggal 24 Juni 1148. Dewan Haute Cour bertemu dengan tentara salib dari Eropa di Palmarea, dekat kota Akko (kota utama di Kerajaan Yerusalem). Pertemuan ini adalah pertemuan Cour yang paling mengagumkan.[32]. Tidak ada orang dari Antiokhia, Tripoli, atau bekas County Edessa yang hadir. Baik Louis dan Conrad dibujuk untuk menyerang Damaskus.[33]

Beberapa bangsawan (baron) Yerusalem menunjuk bahwa menyerang Damaskus adalah tindakan yang tidak bijaksana, karena Dinasti Burid di Damaskus, meskipun Muslim, adalah sekutu mereka melawan dinasti Zengid. Conrad, Louis, dan Baldwin bersikeras bahwa Damaskus adalah kota suci untuk Kekristenan. Seperti Yerusalem dan Antiokhia, Damaskus akan menjadi hadiah yang patut diperhatikan di mata Kristen Eropa. Pada bulan Juli, pasukan mereka dikumpulkan di Tiberias dan bergerak menuju Damaskus. Dari keseluruhan, terdapat sekitar 50.000 pasukan.[34]


[sunting] Pengepungan Damaskus
Tentara Salib memilih untuk menyerang Damaskus dari barat, dimana kebun buah akan memberi mereka makanan.[33] Mereka tiba pada tanggal 23 Juli. Pasukan Muslim sudah siap untuk serangan tersebut dan langsung menyerang pasukan yang bergerak melalui perkebunan diluar Damaskus. Damaskus meminta bantuan dari Saifuddin Ghazi I dari Aleppo dan Nuruddin Zengi dari Mosul. Damaskus lalu menyerang perkemahan tentara salib. Tentara salib dapat dipukul mundur dari tembok ke perkebunan, dimana mereka rentan terhadap serangan gerilya.[30]

Menurut William dari Tirus, pada 27 Juli, tentara salib memilih untuk bergerak ke bagian timur, yang lebih sedikit pertahanannya, tetapi memiliki lebih sedikit makanan dan air.[33] Nuruddin dan Saifuddin telah tiba. Dengan Nuruddin di lapangan, sangat tidak mungkin untuk kembali ke posisi mereka yang lebih baik.[30] Pemimpin tentara salib lokal menolak untuk meneruskan pengepungan, dan ketiga raja tidak memiliki pilihan selain meninggalkan kota.[33] Pertama Conrad, lalu sisa pasukan, memilih untuk mundur kembali ke Yerusalem pada 28 Juli. Ketika mundur, mereka diikuti oleh pemanah Turki yang menyerang mereka.[35]


[sunting] Akibat
Setiap pihak Kristen merasa saling dikhianati satu sama lain.[33] Rencana baru dibuat untuk menyerang Ascalon, dan Conrad membawa pasukannya kesana, tapi tidak ada bantuan tiba, karena kurangnya kepercayaan akibat kegagalan pengepungan Damaskus. Ketidakpercayaan ini akan berkepanjangan akibat kekalahan mereka, sehingga menghancurkan kerajaan Kristen di Tanah Suci. Setelah ekspedisi Ascalon ditinggalkan, Conrad kembali ke Konstantinopel untuk memperdalam aliansi dengan Manuel. Louis tetap berada di Yerusalem sampai tahun 1149.

Bernard dari Clairvaux juga dipermalukan oleh kekalahan ini. Bernard meminta maaf kepada Paus. Menurutnya, dosa tentara salib adalah akibat dari ketidakberuntungan dan kegagalan mereka. Ketika usahanya untuk memanggil perang salib baru gagal, ia mencoba memisahkan dirinya dari kegagalan Perang Salib Kedua.[36] Ia meninggal dunia pada tahun 1153.

Perang Salib Wend mencapai beberapa hasil. Sementara Sachsen menyatakan Wagria dan Polabia sebagai jajahan mereka, pagan menguasai wilayah Obodrit di sebelah timur Lübeck. Sachsen juga menerima upeti dari Niklot, memungkinkan kolonisasi Keuskupan Havelberg, dan membebaskan beberapa tahanan Denmark. Namun, pemimpin Kristen yang berbeda memperlakukan pemimpin Kristen lain dengan kecurigaan dan saling menuduh telah mensabotase kampanye. Di Iberia, kampanye di Spanyol, bersama dengan pengepungan Lisbon, merupakan satu-satunya kemenangan Kristen dalam Perang Salib Kedua. Kampanye tersebut dianggap sebagai pertempuran penting dalam Reconquista, yang akan selesai pada tahun 1492.[19]

Serangan terhadap Damaskus membawa malapetaka kepada Yerusalem: Damaskus tidak lagi percaya kepada Kerajaan Tentara Salib, dan kota itu diberikan kepada Nuruddin tahun 1154. Baldwin III akhirnya mengepung Ascalon pada tahun 1153, yang membawa Mesir kedalam konflik ini. Yerusalem mampu memasuki Mesir dan merebut Kairo pada tahun 1160.[37] Namun, bantuan dari Eropa jarang datang setelah bencana dari Perang Salib Kedua. Raja Amalric I dari Yerusalem bersekutu dengan Bizantium dan berpartisipasi dalam invasi Mesir tahun 1169, tapi ekspedisi ini gagal. Pada tahun 1171, Saladin, keponakan dari salah satu jendarl Nuruddin, menjadi Sultan Mesir, mempersatukan Mesir dan Suriah, lalu mengepung kerajaan tentara Salib. Sementara itu, aliansi dengan Bizantium berakhir dengan kematian kaisar Manuel I pada tahun 1180, dan pada tahun 1187, Yerusalem diserang dan direbut oleh Saladin. Pasukannya lalu menyebar ke utara dan merebut semua ibukota dari negara-negara tentara salib, menyebabkan terjadinya Perang Salib Ketiga.[38]
Perang Salib Pertama
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari

Seri Perang Salib
Perang Salib Pertama
Perang Salib Rakyat
Perang Salib Jerman, 1096
Perang Salib 1101
Perang Salib Kedua
Perang Salib Ketiga
Perang Salib Keempat
Perang Salib Albigensian
Perang Salib Anak-anak
Perang Salib Kelima
Perang Salib Keenam
Perang Salib Ketujuh
Perang Salib Gembala
Perang Salib Kedelapan
Perang Salib Kesembilan
Perang Salib Utara
Perang Salib Pertama dilancarkan pada 1095 oleh Paus Urban II untuk mengambil kuasa kota suci Yerusalem dan tanah suci Kristen dari Muslim. Apa yang dimulai sebagai panggilan kecil untuk meminta bantuan dengan cepat berubah menjadi migrasi dan penaklukan keseluruhan wilayah di luar Eropa.

Baik ksatria dan orang awam dari banyak negara di Eropa Barat, dengan sedikit pimpinan terpusat, berjalan melalui tanah dan laut menuju Yerusalem dan menangkap kota tersebut pada Juli 1099, mendirikan Kerajaan Yerusalem atau kerajaan Latin di Yerusalem. Meskipun penguasaan ini hanya berakhir kurang dari dua ratus tahun, Perang salib merupakan titik balik penguasaan dunia Barat, dan satu-satunya yang berhasil meraih tujuannya.

Daftar isi
1 Latar belakang
2 Sumber terpilih dan bacaan lebih lanjut
2.1 Sumber utama
2.2 Sumber online utama
2.3 Sumber sekunder
2.4 Bibliografi



[sunting] Latar belakang

Pengepungan Antioch, dari lukisan miniatur abad pertengahan selama Perang Salib Pertama.Meskipun menjelang abad kesebelas sebagian besar Eropa memeluk agama Kristen secara formal — setiap anak dipermandikan, hierarki gereja telah ada untuk menempatkan setiap orang percaya di bawah bimbingan pastoral, pernikahan dilangsungkan di Gereja, dan orang yang sekarat menerima ritual gereja terakhir.

Pada tahun 1088, seorang Perancis bernama Urbanus II menjadi Paus. Kepausannya itu ditandai dengan pertikaian raja Jerman, Henry IV — kelanjutan kebijakan pembaruan oleh Paus Gregorius VIII yang tidak menghasilkan apa-apa. Paus yang baru ini tidak ingin meneruskan pertikaian ini. Tetapi ia ingin menyatukan semua kerajaan Kristen. Ketika Kaisar Alexis dari Konstantinopel meminta bantuan Paus melawan orang-orang Muslim Turki, Urbanus melihat bahwa adanya musuh bersama ini akan membantu mencapai tujuannya.

Tidak masalah meskipun Paus telah mengucilkan patriark Konstantinopel, serta Katolik dan Kristen Ortodoks Timor tidak lagi merupakan satu gereja. Urbanus mencari jalan untuk menguasai Timur, sementara ia menemukan cara pengalihan bagi para pangeran Barat yang bertengkar terus.

Pada tahun 1095 Urbanus mengadakan Konsili Clermont. Di sana ia menyampaikan kotbahnya yang menggerakkan: "Telah tersebar sebuah cerita mengerikan ... sebuah golongan terkutuk yang sama sekali diasingkan Allah ... telah menyerang tanah (negara) orang Kristen dan memerangi penduduk setempat dengan pedang, menjarah dan membakar." Ia berseru: "Pisahkanlah daerah itu dari tangan bangsa yang jahat itu dan jadikanlah sebagai milikmu."

"Deus vult! Deus vult! (Allah menghendakinya)," teriak para peserta. Ungkapan itu telah menjadi slogan perang pasukan Perang Salib. Ketika para utusan Paus melintasi Eropa, merekrut para ksatria untuk pergi ke Palestina, mereka mendapatkan respons antusias dari pejuang-pejuang Perancis dan Italia. Banyak di antaranya tersentak karena tujuan agamawi, tetapi tidak diragukan juga bahwa yang lain berangkat untuk keuntungan ekonomi. Ada juga yang ingin berpetualang merampas kembali tanah peziarahan di Palestina, yang telah jatuh ke tangan Muslim.

Mungkin, para pejuang tersebut merasa bahwa membunuh seorang musuh non-Kristen adalah kebajikan. Membabat orang-orang kafir yang telah merampas tanah suci orang Kristen tampaknya seperti tindakan melayani Allah.

Untuk mendorong tentara Perang Salib, Urbanus dan para paus yang mengikutinya menekankan "keuntungan" spiritual dari perang melawan orang-orang Muslim itu. Dari sebuah halaman Bible, Urbanus meyakinkan para pejuang itu bahwa dengan melakukan perbuatan ini, mereka akan langsung masuk surga, atau sekurang-kurangnya dapat memperpendek waktu di api penyucian.

Dalam perjalanannya menuju tanah suci, para tentara Perang Salib berhenti di Konstantinopel. Selama mereka ada di sana, hanya satu hal yang ditunjukkan: Persatuan antara Timur dan Barat masih mustahil. Sang kaisar melihat para prajurit yang berpakaian besi itu sebagai ancaman bagi takhtanya. Ketika para tentara Perang Salib mengetahui bahwa Alexis telah membuat perjanjian dengan orang-orang Turki, mereka merasakan bahwa "pengkhianat" ini telah menggagalkan bagian pertama misi mereka: menghalau orang-orang Turki dari Konstantinopel.

Dengan bekal dari sang kaisar, pasukan tersebut melanjutkan perjalanannya ke selatan dan timur, menduduki kota-kota Antiokhia dan Yerusalem. Banjir darah mengikuti kemenangan mereka di Kota Suci itu. Taktik para tentara Perang Salib ialah "tidak membawa tawanan". Seorang pengamat yang merestui tindakan tersebut menulis bahwa para prajurit "menunggang kuda mereka dalam darah yang tingginya mencapai tali kekang kuda".

Setelah mendirikan kerajaan Latin di Yerusalem, dan dengan mengangkat Godfrey dari Bouillon sebagai penguasanya, mereka berubah sikap, dari penyerangan ke pertahanan. Mereka mulai membangun benteng-benteng baru, yang hingga kini, sebagian darinya masih terlihat.

Pada tahun-tahun berikutnya, terbentuklah ordo-ordo baru yang bersifat setengah militer dan setengah keagamaan. Ordo paling terkenal adalah Ordo Bait Allah (bahasa Inggris: Knights Templars) dan Ordo Rumah Sakit (bahasa Inggris: Knights Hospitalers). Meskipun pada awalnya dibentuk untuk membantu para tentara Perang Salib, mereka menjadi organisasi militer yang tangguh dan berdiri sendiri.

Perang Salib pertama merupakan yang paling sukses. Meskipun agak dramatis dan bersemangat, berbagai upaya kemiliteran ini tidak menahan orang-orang Muslim secara efektif.
Universitas Al-Azhar
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari

Masjid Al-Azhar di Kairo, MesirUniversitas Al-Azhar (Arab: الأزهر الشريف; al-Azhar asy-Syariif, "Azhar Mulia"), adalah salah satu pusat pendidikan tinggi utama Mesir, dan dikenal di dunia sebagai salah satu pusat pendidikan dan pengetahuan Islam. Universitas ini berhubungan dengan masjid Al-Azhar di Kairo Kuno.

Awal mulanya, universitas ini dibangun oleh Bani Fatimiyah yang menganut mazhab Syi'ah Ismailiyah, dan sebutan Al-Azhar mengambil dari nama Sayyidah Fatimah az-Zahra, putri Nabi Muhammad. Masjid ini dibangun selama dua tahun sejak peletakan fondasinya pada tahun 969.

Madrasah, tempat pendidikan agama, yang terhubung dengan masjid ini dibangun pada tahun 988. Pelajaran dimulai di Al-Azhar pada Ramadan Oktober 975, ketika ketua Mahkamah Agung Abul Hasan Ali bin Al-Nu'man mulai mengajar dari buku "Al-Ikhtisar" mengenai topik yurisprudensi Syi'ah. Belakangan, tempat ini menjadi sekolah bagi kaum Sunni menjelang abad pertengahan, dan terus terpelihara hingga saat ini. Universitas Al-Azhar adalah salah satu universitas yang berumur paling tua di dunia.
Kuma-kuma
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
?Kuma-kuma


Bunga kuma-kuma dengan tangkai putik berwarna merah
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Tumbuhan

Divisi: Magnoliophyta

Kelas: Liliopsida

Ordo: Asparagales

Famili: Iridaceae

Genus: Crocus

Spesies: C. sativus


Nama binomial
Crocus sativus
L.
Kuma-kuma atau safron (saffron) adalah nama untuk rempah-rempah dari bunga Crocus sativus, sekaligus nama umum untuk tanaman Crocus sativus dari marga crocus famili Iridaceae.

Bunga kuma-kuma memiliki tiga kepala putik (stigma) yang terletak distal terhadap daun buah. Bagian tangkai putik, yang menghubungkan stigma dengan bagian bunga paling dalam, sering dikeringkan dan disebut safron yang dipakai sebagai bumbu masakan dan bahan pewarna.

Tanaman kuma-kuma berasal dari Asia Barat Daya,[1][2] dan safron bertahan sebagai komoditas rempah menurut timbangan berat yang termahal di dunia selama beberapa dekade.[3][1] Tanaman ini pertama kali dibudidayakan di sekitar Yunani.[4]

Safron memiliki rasa khas sedikit pahit dan berbau harum seperti iodoform atau rumput kering yang disebabkan zat kimia bernama picrocrocin dan safranal.[5][6] Safron mengandung crocin, salah satu bahan pewarna karotenoid yang membuat makanan menjadi kuning keemasan. Warna kuning terang safron menjadikannya sebagai rempah-rempah yang paling banyak dicari orang di dunia. Dalam pengobatan tradisional, safron digunakan sebagai obat berbagai macam penyakit.

Dalam bahasa Melayu, safron disebut koma-koma dan merupakan bumbu yang membuat nasi briyani (nasi beryani) menjadi berwarna kuning. Dalam bahasa Arab, safron ini disebut Za'faran (زَعْفَرَان), yang berasal dari kata aṣfar (أَصْفَر) yang berarti "kuning". Dalam bahasa Inggris ditulis sebagai saffron, diambil dari bahasa Perancis Kuna safran yang berasal dari bahasa Latin safranum.

Daftar isi
1 Deskripsi
2 Budidaya
3 Senyawa kimia
4 Sejarah
4.1 Mediterania
4.2 Asia
4.3 Eropa
5 Manfaat dan perdagangan
6 Kultivar
7 Kualitas
8 Catatan kaki
9 Referensi



[sunting] Deskripsi
Morfologi kuma-kuma

→ Kepala putik (stigma) (ujung pistil)
→ Benang sari
→ Daun mahkota
→ Subang
Kuma-kuma hasil domestikasi C. sativus adalah tumbuhan tahunan (perenial) yang berbunga di musim gugur. Tanaman ini tidak tumbuh di alam bebas dan merupakan mutan poliploidi yang steril dari Crocus cartwrightianus asal Mediterania timur yang berbunga di musim gugur.[7]Penelitian botani mengungkap C. cartwrightianus berasal dari pulau Kreta, dan bukan dari Asia Tengah seperti yang dulu diperkirakan orang.[6] Kuma-kuma penghasil safron merupakan hasil seleksi buatan oleh pembudidaya yang menginginkan tangkai putik (stigma) yang panjang. Bunga kuma-kuma yang berwarna ungu tidak menghasilkan biji karena steril, dan reproduksi tanaman bergantung pada bantuan manusia. Setelah tanaman selesai berbunga, subang harus digali dan dipisah-pisahkan untuk musim tanam berikutnya. Subang juga hanya bertahan semusim dan membelah diri menjadi hingga 10 anak subang untuk kemudian tumbuh menjadi tanaman baru.[7] Subang berbentuk globular (seperti bawang), berdiameter 4,5 cm, dan diselubungi serat yang saling bersilangan di bagian luar.

Setelah mengalami periode estivasi di musim panas, dari subang muncul sekitar 5–11 helai daun hijau ramping yang tumbuh ke atas. Panjang helai daun bisa mencapai 40 cm. Di musim gugur keluar kuncup bunga berwarna ungu. Kuma-kuma baru berbunga di bulan Oktober setelah sebagian besar tumbuhan berbunga sudah menghasilkan biji. Bunga berwarna cemerlang, mulai dari warna ungu terang hingga ungu bernuasa merah jambu.[8] Sewaktu berbunga, tinggi tanaman rata-rata adalah 30 cm.[9] Dari dalam bunga keluar tiga tangkai putik yang di ujungnya terdapat kepala putik berwarna merah tua berukuran panjang 25–30 mm..[7]


[sunting] Budidaya

Bunga kuma-kuma di Prefektur Osaka, JepangKuma-kuma tumbuh subur di iklim yang mirip dengan Maquis shrubland di Mediterania atau kaparal di Amerika Utara, dengan angin musim panas yang kering berhembus melewati tanah kering atau semi kering. Walaupun demikian, tanaman bisa bertahan dalam musim dingin yang membeku, tahan terhadap embun beku sampai kira-kira −10°C atau tertutup salju untuk sementara waktu.[10][7]

Bila tidak ditanam di wilayah beriklim basah seperti di Kashmir (tempat dengan rata-rata curah hujan per tahun 1.000–1.500 mm), kuma-kuma perlu dibuatkan irigasi. Penanaman kuma-kuma di wilayah yang kurang curah hujan seperti di Yunani (curah hujan per tahun 500 mm) dan Spanyol (400 mm) menggunakan sistem irigasi.

Kuma-kuma paling sesuai ditanam di daerah yang memiliki banyak hujan di musim semi namun relatif kering di musim panas. Selain itu, hujan yang turun sebelum musim berbunga bisa menambah panen kuma-kuma. Sebaliknya, hujan atau cuaca dingin selama masa berbunga meningkatkan kemungkinan tanaman terserang penyakit dan mengurangi hasil panen. Cuaca yang terus-menerus panas atau lembab juga mengurangi hasil panen,[11] begitu pula hewan pengganggu, seperti: kelinci, tikus, dan burung. Parasit seperti nematoda, penyakit karat daun, dan kebusukan subang juga merupakan ancaman bagi tanaman ini.

Hasil panen safron per ha[*]
Negara Hasil panen (kg/hektare)
Spanyol 6–29
Italia 10–16
Yunani 4–7
India 2–7
Maroko 2.0–2.5
Sumber: Deo 2003, p. 3
[*]—Berat basah hasil panen bukan safron berat kering.
Tanaman tumbuh subur di tempat yang banyak terkena sinar matahari, dan tidak tumbuh dengan baik di tempat yang teduh. Kuma-kuma sebaiknya ditanam di tanah yang memiliki kemiringan sehingga bisa banyak mendapat sinar matahari. Di belahan bumi utara, waktu penanaman yang terbaik di bulan Juni. Subang ditanam di dalam tanah sekitar 7–15 cm. Selain iklim, kedalaman dan jarak sewaktu menanam subang sangat berpengaruh pada hasil panen. Subang yang ditanam lebih dalam menghasilkan safron kualitas tinggi, tapi bunga dan anak subang yang dihasilkan lebih sedikit. Petani Italia meningkatkan produksi tangkai putik dengan menanam subang sedalam 15 cm dalam deretan yang terpisah 2–3 cm. Bila ingin meningkatkan subang dan produksi bunga, subang ditanam dengan kedalaman 8–10 cm. Petani Yunani, Moroko, dan Spanyol juga masing-masing memiliki teori sendiri tentang kedalaman subang sewaktu ditanam yang disesuaikan dengan iklim setempat.[11]

Kuma-kuma tumbuh subur di tanah yang gembur, cukup mendapat air, dan tanah berkapur dengan kandungan bahan organik tinggi. Tanaman biasanya ditanam di atas bedengan dengan selokan kecil di sekelilingnya untuk saluran drainase. Kandungan organik tanah biasanya bisa ditingkatkan dengan penambahan sekitar 20–30 ton pupuk kandang per hektare. Setelah itu, subang bisa langsung ditanam tanpa pemupukan lebih lanjut.[12]

Setelah masa dorman sepanjang musim panas, helai daun yang ramping keluar dari subang dan kuncup bunga mulai tampak di awal musim gugur. Bunga mulai mekar sekitar pertengahan musim gugur. Pemetikan bunga harus dilakukan segera setelah bunga mekar di waktu fajar menyingsing, karena bunga cepat menjadi layu.[13]

Selanjutnya, kuma-kuma terus berbunga selama 1—2 minggu[14] Sekitar 150 kuntum bunga bisa menghasilkan 1 gram safron kering. Berdasarkan perhitungan ini, 1 kilogram bunga diperlukan untuk menghasilkan 12 gram safron kering (72 gram sewaktu baru dipanen). Sekuntum bunga yang baru dipetik rata-rata menghasilkan 0,03 gram safron segar, atau 0,007 gram safron kering.[12]


[sunting] Senyawa kimia
Pembentukan crocin

Reaksi esterifikasi crocetin dengan gentiobiosa.
— β-D-gentiobiosa
— Crocetin
Picrocrocin dan safranal

Struktur kimia picrocrocin.[15]
— Gugus safranal
— Turunan β-D-glukopiranosa
Safron mengandung lebih dari 150 senyawa volatil (mudah menguap) penghasil aroma ditambah berbagai senyawa aktif nonvolatil (tidak mudah menguap),[16] dan banyak di antaranya merupakan karotenoid, termasuk zeaksantin, likopena, dan berbagai α- dan β-karoten. Warna kuning oranye keemasan pada safron berasal dari α-crocin yang merupakan ester trans-crocetin di-(β-D-gentiobiosyl) (nama sistematik (IUPAC): 8,8-diapo-8,8-carotenoic acid). Sedangkan crocin yang menjadi sumber aroma safron adalah ester digentiobiosa dari crocetin.[16]

Crocin adalah serangkaian karotenoid yang bersifat hidrofilik (menarik air), dan bisa terdiri dari ester poliena dari crocetin yang monoglikosil atau diglikosil.[16] Crocetin sebaliknya merupakan poliena terkonjugasi asam dikarboksilat yang bersifat hidrofobik (tidak suka air) sehingga larut dalam minyak.

Hasil esterifikasi crocetin dengan dua gentiobiosa yang larut dalam air (karbohidrat) adalah α-crocin yang larut dalam air. Lebih dari 10% berat kering safron adalah α-crocin yang merupakan pigmen karotenoid, sehingga safron sangat ideal sebagai pewarna untuk berbagai masakan nasi,[4] seperti nasi briyani dan paella.




Komposisi kimia safron
Komponen % berat kering
karbohidrat 12.0–15.0
air 9.0–14.0
polipeptida 11.0–13.0
selulosa 4.0–7.0
lipid 3.0–8.0
mineral 1.0–1.5
Lain-lain
non nitrogen 40.0
Sumber: Dharmananda 2005
Analisis proksimat pada safron
Komponen % berat kering
Komponen larut air 53.0
→ Gom 10.0
→ Pentosan 8.0
→ Pektin 6.0
→ Pati 6.0
→ α–Crocin 2.0
→ Lainnya Karotenoid 1.0
Lipid 12.0
→ Minyak nonvolatil 6.0
→ Minyak volatil 1.0
Protein 12.0
Bahan non-organik ("abu") 6.0
→ abu larut HCl 0.5
Air 10.0
Serat (kasar) 5.0
Sumber: Goyns 1999, p. 46
Rasa safron berasal dari picrocrocin glukosida yang pahit. Picrocrocin (formula kimia: C16H26O7; nama sistematik: 4-(β-D-glucopyranosyloxy)-2,6,6- trimethylcyclohex-1-ene-1-carboxaldehyde) adalah ikatan sub-unsur aldehida yang disebut safranal (nama sistematik: 2,6,6-trimethylcyclohexa-1,3-dien-1- carboxaldehyde) dengan karbohidrat. Picrocrocin bersifat insektisida dan pestisida, dan kadarnya bisa mencapai 4% dari berat kering safron. Picrocrocin tepatnya merupakan pecahan dari karotenoid zeaksantin dan merupakan glukosida dari terpena aldehida yang dikandung safranal.

Ketika safron hasil panen dikeringkan, udara panas dan reaksi enzimatis memecah picrocrocin menjadi D-glukosa dan satu molekul bebas safranal.[15] Aroma khas safron berasal dari safranal yang termasuk golongan minyak atsiri.[5][17] Safranal tidak begitu pahit dibandingkan picrocrocin, dan kadarnya pada beberapa sampel bisa mencapai 70% dari komponen volatil safron kering.[18] Senyawa kedua yang menyebabkan safron berbau harum seperti "safron atau rumput kering" adalah 2-hydroxy-4,4,6-trimethyl-2,5-cyclohexadien-1-one,[19] yang menghasilkan aroma yang dominan walaupun kadarnya lebih sedikit dari safranal.[19] Safron kering sangat sensitif terhadap tingkat pH yang turun naik, dan lekas terurai akibat sinar dan zat pengoksidasi, walaupun agak lebih tahan terhadap panas. Sebab itu, safron harus disimpan di dalam wadah tertutup rapat untuk menghindari kontak dengan oksigen.


[sunting] Sejarah

"Pengumpul safron", salah satu fresko tentang safron di situs Akrotiti, pulau SantoriniSafron sudah dibudidayakan lebih dari 3.000 tahun yang lalu. Tanaman safron yang dibudidayakan orang sekarang ini berasal dari spesies Crocus cartwrightianus yang berasal dari alam bebas. Spesies C. sativus yang muncul di akhir zaman perunggu di pulau Kreta adalah mutan steril dari C. cartwrightianus, akibat seleksi yang dilakukan petani dengan hanya menanam tanaman safron yang memiliki tangkai putik yang panjang.[20] Safron pertama kali dicatat dalam naskah botani asal abad ke-7 SM yang dikumpulkan atas perintah Ashurbanipal. Sejak itu selama 4.000, safron terus disebut-sebut orang sebagai obat yang bisa mengobati lebih dari 90 jenis penyakit.[21]


[sunting] Mediterania
Penggunaan safron dalam ilmu pengobatan sudah digambarkan pada fresko di istana orang Minoa asal tahun 1500–1600 SM.[22][21]

Selanjutnya, safron disebut-sebut dalam legenda Yunani tentang pelayaran ke Kilikia. Para petualang pergi untuk menemukan safron paling berharga di dunia.[10] Legenda lain tentang Crocus dan Smilax mengisahkan Crocus yang disihir menjadi tanaman kuma-kuma penghasil safron.[23] Safron banyak digunakan orang Mediterania di zaman kuno, termasuk pedagang minyak wangi di Mesir, dokter di Gaza, orang kota di Rhodes,[24] dan wanita penghibur (hetaerae) di Yunani sebagai bahan campuran parfum, obat salep,[25] potpuri, maskara, sesajen, dan obat tradisional.[25]

Di Mesir, Cleopatra mencampurkan safron ke dalam air mandi agar lebih bergairah dalam bercinta.[26] Ahli pengobatan tradisional di Mesir menggunakan safron sebagai obat untuk semua penyakit gastrointestinal.[27] Safron juga digunakan sebagai pewarna kain di kota-kota Timur Tengah seperti Sidon dan Tyre.[28] Bangsa Romawi begitu senang dengan safron sampai perlu membawanya ke selatan Gallia sewaktu membuka koloni dan ditanam secara besar-besaran di sana hingga saat kejatuhan Roma. Beberapa pendapat yang bertentangan mengatakan Safron baru dikenal kembali di Perancis di abad ke-8 atau di zaman Kepausan Avignon [29]


[sunting] Asia

Patung Gomateshwara Bahubali setinggi 17,8 m di Shravanabelagola, India yang dilumuri safron setiap 12 tahun sekali oleh penganut Jainisme pada festival MahamastakabhishekaOrang zaman purba asal 50.000 tahun yang lalu sudah menggunakan pigmen pewarna dari safron untuk menggambar binatang buas di tempat yang sekarang dikenal sebagai Irak.[23][30] Orang Sumeria juga menggunakan safron yang tumbuh liar untuk pengobatan tradisional.[31] Safron sudah menjadi komoditas perdagangan dalam kebudayaan orang Minoa sekitar 2.000 tahun SM. Safron juga disebut dalam Kitab Kidung Agung[32]

Di abad ke-10 SM, orang Persia kuno sudah membudidayakan safron Persia (Crocus sativus 'Hausknechtii') di Derbena, Isfahan, dan Khorasan untuk digunakan sebagai bahan pewarna kain, parfum, obat, dan sejenis sabun[33] Selain itu, benang safron dicampur ke dalam tenunan [23] untuk dijadikan barang persembahan untuk dewa.

Safron juga disebarkan di atas tempat tidur atau dicampurkan ke dalam teh hangat sebagai obat gejala depresi. Alexander Agung mencampurkan safron dalam minuman, makanan, air mandi, dan bahkan sebagai obat untuk luka yang diderita akibat pertempuran. Pasukan yang dipimpinnya juga ikut-ikutan sebagai pengguna safron dan kebiasaan mencampur safron ke dalam air mandi ikut dibawa pulang ke Yunani.[34]

Beberapa teori memperkirakan saat orang Asia Selatan mulai mengenal safron, tapi diwarnai ketidakcocokan. Menurut catatan sejarah orang Kashmir dan orang Tiongkok, safron baru dikenal sejak 900–2.500 tahun yang lalu.[35][36][37] Sebaliknya sejarawan yang mempelajari naskah Persia kuno, safron mulai dikenal di Asia Selatan sekitar 500 SM,[4] berdasarkan bukti orang Persia sudah memindahkan subang ke taman dan kebun yang baru di sekitar zaman itu[38], serta invasi Persia dan kolonisasi Kashmir. Orang Fenisia memasarkan safron asal Kashmir sebagai bahan pewarna kain dan obat depresi.[25] Sejak itu, penggunaan safron pada makanan dan bahan pencelup kain menyebar ke seluruh Asia Selatan. Setelah wafatnya Siddharta Gautama, pendeta Buddha di India mulai memakai jubah yang diwarnai dengan safron.[39]

Catatan tentang Tiongkok yang ditulis seorang penulis Armenia Anania dari Shirak dari abad ke-7 mengisahkan "safron dalam jumlah tidak terbatas terdapat di sana, sampai-sampai kalau ada orang yang pergi berburu menunggang kuda putih, dan berpakaian putih sambil membawa alap-alap putih, orang itu sewaktu pulang akan berlumuran warna kuning."[1] Selain itu, safron juga disebut-sebut dalam naskah pengobatan kuno Tiongkok, termasuk di dalam farmacopeia 42 jilid berjudul Shennong Bencaojing (神農本草經 — "Shennong's Great Herbal", dikenal juga sebagai Pen Ts'ao atau Pun Tsao) terbitan 200-300 SM. Naskah ini disebut sebagai karya Kaisar Shennong dan mendokumentasikan 252 ramuan obat berdasarkan fitokimia untuk berbagai penyakit.[40][41][39]

Manuskrip yang ditulis di abad ke-3 justru mencatat Kashmir sebagai tempat asal safron. Ahli pengobatan Tiongkok bernama Wan Zhen menulis "Safron berasal dari Kashmir, orang menanamnya di sana untuk dipersembahkan kepada sang Buddha." Penggunaan safron di zaman itu ditulis Wan Zhen, "Bunga layu setelah beberapa hari, dan lalu safron diambil. Safron disukai karena warnanya yang kuning dan bisa digunakan untuk memberi aroma pada anggur."[37]


[sunting] Eropa

Lukisan dari abad ke-13 menggambarkan peristiwa pembunuhan Uskup Agung Canterbury Thomas Becket, salah satu contoh manuskrip berhias Eropa dari abad pertengahan yang menggunakan pigmen warna kuning dan oranye dari safronBudidaya safron di Eropa menurun drastis setelah kejatuhan Kekaisaran Romawi. Safron diintroduksi kembali ketika kebudayaan orang Moor menyebar ke Andalusia, Perancis, dan Italia.[42] Sewaktu Eropa dilanda pandemi Kematian Hitam, permintaan obat-obatan berbahan baku safron meningkat drastis hingga harus diimpor dengan kapal orang Venesia dan Genoa dari wilayah Mediterania[43] seperti dari Rhodes.

Pencurian muatan kapal oleh kalangan bangsawan memicu "Perang Safron" yang berlangsung selama 14 minggu.[43] Kekuatiran terganggunya pasokan safron akibat ulah bajak laut mendorong penanaman safron di Basel dan ternyata tumbuh subur[44] Penanaman dan perdagangan safron kemudian menyebar ke Nuremberg. Pemerintah Nuremberg sampai harus mengeluarkan hukum Safranschou yang mengatur perdagangan safron akibat ulah pedagang yang ingin meraih untung dengan memalsukan safron atau mencampur safron dengan bahan lain. Pedagang yang melanggar bisa didenda, atau dipenjara, dengan ancaman maksimal hukuman mati[45] Tidak lama kemudian, budidaya safron menyebar ke Inggris, khususnya di Norfolk dan Suffolk. Salah satu kota di Essex yang dinamakan Saffron Walden merupakan pusat penanaman dan perdagangan safron nomor satu di Inggris. Penanaman dan penggunaan safron di Eropa baru mengalami kemunduran setelah Eropa dibanjiri rempah-rempah eksotik dari belahan dunia bagian Timur, seperti kakao, kopi, teh, dan vanili.[46][47] Penanaman safron hanya bertahan di Perancis selatan, Italia, dan Spanyol.[48]

Imigran asal Eropa datang ke Amerika membawa safron. Jemaat Gereja Schwenkfelder banyak yang sukses sebagai petani safron di Eropa dan membawa serta sekoper penuh subang ketika berimigrasi ke Amerika.[49] Di tahun 1730, orang Pennsylvania Dutch sudah menanam safron di seluruh wilayah bagian timur Pennsylvania. Berbagai koloni Spanyol di Karibia memberi safron produksi Amerika dalam jumlah banyak, sehingga harga safron di bursa komoditi Philadephia dipatok setara dengan harga emas.[50] Perdagangan dengan koloni Spanyol terhenti setelah Perang 1812 karena kapal pedagang yang mengangkit safron banyak yang hancur.[51] Walaupun demikian, orang Pennsylvania Dutch terus menanam safron dalam jumlah terbatas untuk dijual di pasar lokal dan digunakan sebagai bahan kue, mi, dan masakan ayam atau ikan.[52] Kebun safron di Amerika tetap bertahan hingga sekarang di Lancaster County, Pennsylvania.[49]


[sunting] Manfaat dan perdagangan

Wajan berisi paella, masakan nasi khas Spanyol yang berwarna kuning cerah karena safron.

Bagi penggemar safron, safron memiliki aroma bagaikan madu dengan sedikit nuansa harum jerami. Masakan Arab, India, Asia Tengah, Iran, Eropa, Maroko, dan masakan orang Cornish sering menggunakan safron sebagai pewarna makanan sekaligus penambah aroma. Safron juga sering digunakan pada kue-kue, permen, dan minuman keras. Bunga safflower (Carthamus tinctorius) yang dijual dengan nama "safron Portugis" (assafroa) dan kunyit sering digunakan sebagai pengganti safron yang berharga mahal. Ilmu kedokteran modern berhasil mengungkap berbagai khasiat safron, seperti antikarsinogenik (pencegah kanker),[16] anti-mutagenik (pencegah mutasi), immunomodulasi (memperbaiki sistem imun), dan antioksidan[53] [16][54]

Peta dunia penanaman safron


Negara-negara penghasil safron
— Wilayah penanaman utama
— Negara produsen utama
— Wilayah safron sedikit ditanam
— Negara penghasil dalam jumlah terbatas
— Pusat perdagangan utama (sekarang)
— Pusat perdagangan utama (zaman dulu)
Sebagian besar safron ditanam di kawasan yang terbentang dari barat di wilayah Mediterania hingga ke timur di wilayah Kashmir. Dari sentra-sentra produksi di seluruh dunia, setiap tahun dihasilkan sekitar 300 ton safron.[6]

Urutan negara-negara penghasil safron yang utama berdasarkan jumlah produksi adalah: Iran, Spanyol, India, Yunani, Azerbaijan, Maroko, dan Italia. Satu pon (450 gram) safron kering berasal dari 50.000–75.000 kuntum bunga yang ditanam di lahan sebesar lapangan sepak bola[55][56] Panen 150.000 kuntum bunga membutuhkan kerja keras selama 40 jam siang-malam.[57] Setelah diambil dari bunga, tangkai putik mudah menjadi kering dan (sebaiknya) disimpan di dalam wadah kedap udara.[58]

Harga safron di tingkat pedagang grosir dan eceran berkisar antara 500 dolar AS per pon hingga 5.000 dolar AS per pon (US$1.100–US$11.000 per kilogram). Di negara-negara Barat, harga eceran rata-rata adalah $1.000 per pon (US$2200 per kilogram).[1] Satu pon safron terdiri dari 70.000 hingga 200.000 tangkai putik. Ciri khas safron segar adalah warna merah terang, sedikit lembab, elastis, dan tidak mudah hancur.


[sunting] Kultivar

Safron dari IranDi seluruh dunia terdapat beberapa kultivar tanaman safron. Kultivar asal Spanyol dengan merek dagang "Spanish Superior" and "Creme" terkenal dengan warna, rasa, dan aroma yang lebih lembut. Safron yang ditanam di Italia memiliki warna, rasa, dan aroma yang lebih tajam, tapi masih kalah dengan kultivar asal Yunani Makedonia, Iran, dan Kashmir.


Tampak dari dekat tangkai putik bunga kuma-kuma yang sudah dikeringkan (panjang sekitar 20 mm.Kultivar "Aquila" (zafferano dell'Aquila) asal Italia terkenal dengan safron berwarna terang dan bau yang tajam karena kandungan safranal dan crocin yang tinggi. Safron jenis ini hanya ditanam di lahan seluas 8 hektare di Lembah Navelli, wilayah Abruzzo, dekat L'Aquila.

Sentra penanaman safron terbesar di Italia terdapat di San Gavino Monreale, Sardinia. Di daerah ini, safron ditanam di lahan seluas 40 hektare dan menghasilkan 60% dari total produksi safron Italia. Safron asal San Gavino Monreale memiliki kandungan crocin, picrocrocin, dan safranal yang sangat tinggi.

Safron varietas "Mongra" atau "Lacha" asal Kashmir sulit sampai di tangan konsumen dan harganya sangat mahal akibat penyakit, kegagalan panen, kekeringan, dan larangan ekspor safron kualitas tinggi oleh pemerintah India. Safron Kashmir berwarna merah tua keungu-unguan dengan rasa, aroma, dan warna yang paling tajam.


[sunting] Kualitas
Berkas:Saffron vial sxc.jpg
Bubuk safron dalam tabung vial kedap udaraNilai minimum warna safron
menurut standar mutu (ISO 3632)
Mutu ISO
(kategori) Nilai absorbansi (Aλ)
spesifik Crocin
(pada λ=440 nm)
I > 190
II 150–190
III 110–150
IV 80–110
Sumber: Tarvand 2005b
Mutu safron ditentukan berdasarkan pengukuran kadar crocin (warna), picrocrocin (rasa), dan safranal (aroma). Pengukuran lain termasuk kandungan limbah bunga (seperti bagian bunga selain tangkai putik) dan bahan inorganik. Standar mutu safron ditetapkan International Organization for Standardization dalam ISO 3632 yang menggolongkan safron ke dalam empat tingkatan mutu yang ditentukan secara empiris berdasarkan intensitas warna: kelas IV (terburuk), kelas III, kelas II, dan kelas I (kualitas terbaik). Sampel safron dikelas-kelaskan setelah diperiksa kandungan crocin berdasarkan tingkat absorbansi dengan menggunakan spektroskopi. Absorbansi menurut Hukum Beer-Lambert dituliskan sebagai Aλ = − log(I / I0)

Pada safron, absorbansi ditentukan berdasarkan foton spesifik crocin yang memiliki panjang gelombang 440 nm.[59] Nilai absorbansi (Aλ) yang besar menyatakan tingkat konsentrasi crocin yang tinggi sekaligus intensitas pewarnaan yang tinggi. Data ini berdasarkan pengukuran spektrofotometri di berbagai laboratorium pengujian bersertifikasi di seluruh dunia. Mutu warna berkisar dari nilai absorbansi kurang dari 80 (safron kelas IV) hingga nilai absorbansi 190 atau lebih (safron kelas I). Sampel safron terbaik di dunia (berisi tangkai putik terpilih yang diambil dari bunga terbaik) memiliki nilai absorbansi di atas 250. Harga pasar berbagai jenis safron secara langsung ditentukan sesuai nilai ISO.[59] Walaupun demikian, petani, pedagang, dan konsumen sering menolak hasil tes laboratorium karena lebih percaya pada metode holistik dengan mengambil sampel dari batch tangkai putik untuk memeriksa rasa, aroma, kelemasan, dan ciri khas lain seperti yang dilakukan pencicip anggur.[60]

Standar mutu
pemerintah Spanyol
Kelas Nilai ISO
Coupe > 190
La Mancha 180–190
Rio 150–180
Standard 145–150
Sierra < 110
Sumber: Tarvand 2005b
Walaupun sudah ada pengendalian kualitas dan standarisasi, pemalsuan mutu safron berjalan terus sejak abad pertengahan di Eropa hingga sekarang. Metode pemalsuan yang paling umum di antaranya dengan mencampur bahan pengisi seperti umbi bit, serat buah delima, serat sutera yang disepuh merah, atau tangkai putik berwarna kuning yang tanpa rasa dan tanpa bau. Cara klasik untuk menambah berat safron yang belum digiling adalah dengan mencelupkannya ke dalam madu atau minyak sayur. Dibandingkan safron yang belum digiling, safron bubuk justru lebih mudah dipalsukan kemurniannya dengan campuran kunyit, paprika, dan bahan pengisi lain. Pemalsuan juga dilakukan dengan memasang label yang tidak sesuai dengan mutu safron.[39]

Di India, safron Kashmir bermutu tinggi sering dicampur dengan barang impor dari Iran dan kemudian dijual sebagai safron Kashmir asli.[61][62]
Lumeria
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia
Merapikan artikel bisa berupa membagi artikel ke dalam paragraf atau wikifikasi artikel. Setelah dirapikan, tolong hapus pesan ini.

Lemuria/mu merupakan peradaban kuno yang muncul terlebih dahulu sebelum Atlantis. Para peneliti menempatkan era peradaban Lemuria/mu disekitar 75.000 SM – 11.000 SM. Jika kita lihat dari periode itu, Bangsa Atlantis dan Lemuria/mu seharusnya pernah hidup bersama selama ribuan tahun lamanya.

Gagasan Benua Lemuria/mu seharusnya terlebih dahulu eksis dibanding peradaban Atlantis dan Mesir Kuno dapat kita peroleh penjelasannya dari sebuah karya Augustus Le Plongeon (1826-1908), seorang peneliti dan penulis pada abad ke-19 mengadakan penelitian terhadap situs-situs purbakala peninggalan bangsa Maya di Yucatan. Informasi tersebut diperoleh setelah keberhasilan menerjemahkan beberapa lembaran catatan kuno peninggalan bangsa Maya. Dari hasil terjemahannya, diperoleh beberapa informasi yang menunjukkan hasil bahwa Bangsa Lemuria/mu memang berusia lebih tua daripada peradaban nenek moyang mereka (Atlantis). Namun dikatakan juga, bahwa mereka pernah hidup dalam periode waktu yang sama, sebelum kemudian sebuah bencana gempa bumi dan air bah dahsyat meluluh lantahkan dan menenggelamkan kedua peradaban maju masa silam tersebut.

Hingga saat ini, letak dari benua Lemuria/mu pda masa silam masih menjadi sebuah kontroversi, namun berdasarkan bukti arkeolog dan beberapa teori yang dikemukakan oleh para peneliti, kemungkinan besar peradaban tersebut berlokasi di Samudera Pasifik (sekitar Indonesia sekarang). Banyak arkeolog mempercayai bahwa Easter Island yang misterius itu merupakan bagian dari Benua Lemuria. Hal ini jika dipandang dari ratusan patung batu kolosal yang mengitari pulau dan beberapa catatan kunu yang terukit pada beberapa artifak yang mengacu pada bekas-bekas peninggalan peradaban maju pada masa silam. Mitologi turun temurun para suku Maori dan Samoa yang menetap dipulau-pulau disekitar Samudera Pasifik juga menyebutkan bahwa dahulu kala pernah ada sebuah daratan besar di Pasifik yang hancur diterjang oleh gelombang pasang air laut dahsyat (tsunami), namun sebelumnya bangsa mereka telah hancur terlebih dahulu akibat peperangan.

Keadaan Lemuria/mu sendiri digambarkan sangat mirip dengan peradaban Atlantis, memiliki tanah yang subur, masyarakat yang makmur dan penguasaan terhadap beberapa cabang ilmu pengetahuan yang mendalam. Faktor-faktor tersebut tentunya menjadi sebuah landasan pokok bagi bangsa Lemuria/mu untuk berkembang pesat menjadi sebuah peradaban yang maju dan memiliki banyak ahli/ilmuwan yang dapat menciptakan suatu terobosan baru dalam ilmu pengetahuan dan teknologi mereka. Seperti banyak diketemukan oleh beberapa pakar spiritual dan arkeologi, bahwa bangsa lemuria/mu dan Atlantean menggunakan crystal secara intensif dalam kehidupan mereka. Edgar Cayce, seorang spiritual Amerika melalui channelingnya berkali-kali mengungkapkan hal yang sama.

Kuil-kuil Lemuria dan Atlantis menempatkan sebuah crystal generator raksasa yang dikelilingi crystal-crystal lain, baik sebagai sumber tenaga maupun guna berbagai penyembuhan. Banyak info mengenai Atlantis dan Lemuria/mu diperoleh dengan meng-channel crystal-srystal ‘old soul’ yang pernah dipergunakan pada kedua zaman ini. Namun, berbeda dengan bangsa Atlantis yang lebih mengandalkan fisik, teknologi dan gemar berperang, Bangsa Lemuria justru dipercaya sebagai manusia-manusia dengan tingkat evolusi dan spiritual yang tinggi, sangat damai dan bermoral. Menurut Edgar Cayce, munculnya Atlantis sebagai suatu peradaban super power pada saat itu (kalau sekarang mirip Amerika Serikat) membuat mereka sangat ingin menaklukkan bangsa-bangsa didunia, diantaranya Yunanu dan Lemuria yang dipandang oleh para Atlantean sebagai peradaban yang kuat.

Berbekal peralatan perang yang canggih serta strategi perang yang baik, invansi Atlantis ke Lemuria berjalan seperti yang diharapkan. Karena sifat dari Lemuria.mu yang menjunjungi tinggi konsep perdamaian, mereka tidak dibekali dengan teknologi perang secanggih Atlantean, sehingga dalam sekejap, Lemuria/mu pun jatuh ke tangan Atlantis. Para Lemuria/mu yang berada dalam kondisi terdesak, akhirnya banyak meninggalkan buni untuk mencari tempat tinggal baru di planet lain yang memiliki karakteristik mirip bumi, mungkin keberadaan mereka saat ini belum kita ketahui (ada yang mengatakan saat ini mereka tinggal di Planet Erra/ Terra digugus bintang Pleiades).

Mungkin kisah para Lemuria/mu yang meninggalkan bumi untuk menetap di planet lain sedikit tidak masuk akal, tapi perlu kita ketahui bahwa teknologi mereka pada saat itu sudah sangat maju, penguasaan teknologi penjelajahan luar angkasa mungkin telah dapat mereka realisasikan di jauh-jauh hari. Tentunya penguasaan teknologi yang sama pada era peradaban kita ini, belum bisa disandingkan dengan kemajuan teknologi yang mereka ciptakan.

Dari sekelumit kisah yang terurai diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa para Lemurian tidak musnah oleh bencana gempa bumi dan air bah seperti yang dialami oelh para Atlantean, namun karena peranglah yang membuat sebagian dari mereka berguguran. Sementara semenjak kekalahannya oleh bangsa Atlantis, otomatis wilayah Lemuria/mu dikuasai oelh para Atlantean, sampai saat akhirnya daratan itu diterpa oleh bencana yang sangat dahsyat yang kemudian menenggelamkan bersama beberapa daratan lainnya, termasuk diantaranya Atlantis itu sendiri.

Bangsa Lemuria/mu sebenar bisa dikatakan bangsa yang juga mengagungkan keberadaan Matahari sebagai dewa atau penolong mereka. Menurut Churchward, hampir seluruh peradaban Lemuria/mu tinggal di rumah dengan atap yang tembus pandang. Mereka selalu bebas dari stress dan penyakit, serta mampu berusia hingga ratusan tahun. Mengembangkan kemampuan E.S.P-nya (Extrasensory Perception—indra ke-6) selama hampir 40.000 tahun dan digunakan dalam pergaulan sehari-hari serta dalam penelitian-penelitian. Dengan evolusi kemampuan selama berabad-abad, bangsa Mu memperoleh reputasi sebagai ahli telepati, berpindah tempat antar bintang, dan teleportasi. Semua ini menyebabkan tidak dibutuhkan kendaraan pada peradaban mereka. Hampir semua ilmuwan yang menulis kisah tentang bangsa Lemuria/mu mengatakan bahwa mereka secara umum merupakan bangsa yang vegetarian, hidup bercocok tanam, hidup di luar (outdoor), memiliki budaya untuk hidup seimbang dengan alam dan bumi, serta hanya menggunakan sedikit teknologi keilmuan. Bangsa Lemuria lebih berkonsentrasi dalam bermeditasi dan pengembangan ESP. Rata-rata Bangsa Lemuria/mu tidak berminat pada teknologi Bangsa Atlantis dan lebih memilih untuk bereksperimen dengan energi psikis untuk memindahkan objek (dibuktikan oleh Uri Gellar dalam risetnya di Stanford University pada tahun 1970-an), meskipun mereka juga menggunakan gelombang dengan frekwensi tinggi, tenaga matahari, energi crystal, dan teleportasi untuk membuat dan memindahkan objek.

Sebuah laporan mendekripsikan ujian-ujian yang harus dilakukan sebelum menikah pada bangsa Lemuria (ditulis oleh seorang pria bernama Cerve, seorang ahli sejarah Resucrucian). Para tetua menyuruh pria dan wanita untuk memberikan semua harta bendanya hingga mereka tidak memiliki apa pun—tanpa pakaian, makanan, rumah/ tempat tinggal untuk berteduh, ataupun alat-alat. Wanita dan pria itu kemudian ditinggalkan di hutan belantara selama sebulan (28 hari) tanpa pakaian. Dalam jangka waktu itu, mereka harus membuat tempat berteduh, membuat sendiri pakaian mereka, mencari makanan mereka sendiri, membuat peralatan, dan memberikannya untuk pasangannya tanpa terlibat dalam adu argument dan tanpa ada pikiran buruk antara mereka berdua. Jika mereka dapat melalui ujian test tersebut, maka mereka akan di nikahkan dan harta benda mereka yang sebelumnya akan dikembalikan kepada mereka. Namun, jika ujian test tersebut gagal mereka jalankan, maka mereka tidak akan dinikahkan.

Migrasi Bangsa Lemuria bermigrasi dari Benua Mid-Pasifik ke Benua Atlantis dimana mereka dikabarkan berevolusi menuju kesempurnaan. Bukti-bukti peninggalan menggambarkan adanya penemuan-penemuan yang mengagumkan, yang tampak seperti cerita fiksi ilmiah. Lampu yang menyala terang selama ribuan tahun tanpa dirawat, yang diceritakan oleh banyak sekali penulis kuni, adalah salah satu peninggalan dari Atlantis. Beberapa dari “lampu ajaib” ini masih menyala ketika penjelajah Spanyol menemukannya di pelosok hutan Amazon dari 10.000 tahun kemudian! (didokumentasikan dalam buku Robber Charroux’s). Peneliti sejarah kuno menemukan “lampu ajaib” masih menyala di Mesir (yang merupakan koloni Atlantis yang bernama Luxor) lebih dari 9 abad setelah banjir, di pintu kuil yang dilaporkan dapat membuka dan menutup secara otomatis, dan di jaga oleh robot-robot.

Kota Crystal Atlantis Penemuan ini didapatkan dalam dokumen kuno yang dibuat oleh Robert Charmux Sama menakjubkannya dengan penemuan kota yang terendam dibawah air yang terletak di kepulauan Bahama oleh lima orang penyelam pada tahun 1970. piramida dengan corak emas yang megah dikelilingi oleh kubah-kubah, bangunan-bangunan persegi panjang, peralatan-peralatan metal yang tidak teridentifikasi, dan patung yang diatasnya terdapat misterius yang berisi 7 miniatur piramida. Crystal tersebut, dibawa ke permukaan oleh Dr. Ray Brown, memperkuat energi yang melewatinya, memancarkan cahaya yang menyembuhkan penyakit, dan dibuat dengan metode yang masih tidak diketahui oleh para ilmuwan yang menelitinya. Crystal tersebut ditemukan pada ruangan yang bersinar secara misterius didalam piramid bawah air dengan peralatan semacam pistol cahaya yang menyinarinya. Kamera Kirlian, yang dapat merekam gambar-gambar diluar batas kemampuan manusia, menampakkan sebuah mata didalam crystal yang tidak tampak oleh mata telanjang.

Masih belum diketahui teknologi mana yang dapat membuta jalanan campuran antara aspal dan krikil yang rata sejauh ratusan mil yang tetap utuh dalam kondisi lebih dari 10.000 tahun kemudian. Jalan ini ditemuakan di bawah air, pada pantai timur olehj kapal selam penyelam dalam Aluminaut, dan mengandung magnesium oxide.

Pada tahun 1977, terjadi sebuah kejadia misterius di Samudera Atlantik yang berhubungan dengan teknologi yang tidak diketahui. Sebuah piramida setinggi 650 kaki secara misterius bercahaya, dengan air berwarna putih yang berkilauan yang berubah menjadi hijau. Sebuah warna yang kontras dengan gelapnya air pada kedalaman laut. Penemuan itu difoto oleh Arl Marahall pada ekspedisi Cay Sal.

Foto-foto Dr. William Bell’s 1958 yang diambil pada dasar samudera Atlantik menunjukkan sebuah puncak menara berukuran sekitar 6 kaki muncul di sebuah dasar yang menyerupai roda gigi dengan sinar yang aneh keluar dari dasar lubang, apakah ini merupakan bekas “lampu abadi” yang sering dituliskan oleh peneliti-peneliti kuno. “lampu abadi” itu diberi tenaga oleh sebuah tenaga kosmik interdimensi yang diambil keluar dari atmosfir oleh sebuah bentuk konduktor crystal pada puncak piramid/ gedung? Piramida yang lebih besar dari gedung-gedung yang pernah dibuat di dunia pada masa modern telah ditemukan pada dasar samudera Atlantik, di China, dan di Mesir belum dapat disaingi teknologi kita. Piramida-piramida ini memiliki semacam semen yang diakui oleh peneliti-peneliti kita jauh lebih baik dari yang kita gunakan sekarang. Tulisan-tulisan kuno menyebutkan bahwa piramida dilambangkan sebagai kapsul waktu yang berisi sejarah dan teknologi dari kerajaan Matahari dan teknologi Atlantis. Sebuah piramida yang sangat besar, di kedalaman 10.000 kaki pada samudera Atlantik, dilaporkan telah ditemukan dengan kristal yang berdenyut-denyut dipuncaknya, oleh ekpedisi Tony Benik. Grup ini juga menemukan sebuah lembaran kristal, dan mengatakan jika seberkas cahaya dipancarkan melaluinya, akan tampak tulisan misterius didalamnya. Lebih banyak lagi piramid-piramid bawah air yang ditemukan di Amerika Tengah, Yukatan, dan Louisiana, dimana puncaknya juga ditemukan di selat Florida. Sebuah bangunan pualam bergaya Mesir ditemukan diantara Florida dan Kuba. Adakah hubungannya dengan tiang yang memancarkan energi yang ditemukan oleh Dr, zink di Bahama pada tahun 1957? Zink juga membawa barang-barang temuan yang diambil dalam penyelam ke laut Atlantik, dan telah diinterview oleh agen Mind Internasional, Steve Forsberg.

Salah satu penemuan yang menakjubkan dari dasar Samudera Atlantik dilaporkan oleh kru Kapten Reyes pada kapal penyelamat “Talia” dari Spanyol. Mereka merekam bermil-mil kuil berpilar, patung-patung, dan jalan besar yang berliku, dengan jalan-jalan kecil bercabang keluar dari pusat seperti ruji pada roda, serta kuil dan piramid yang sangat megah. Dari kota ini, seperti kota yang ditemukan di perairan Spanyol oleh ekspedisi Dr. Maxine Asher dan kemudian ditemukan oleh ekpedisi Professor Akayonove (semua didokumentasikan dalam foto) menunjukkan kesamaan dengan dekripsi Plato tentang Atlantis. Lebih dari 30 reruntuhan yang berbeda telah diketemukan di dasar laut Atlantik sejak tahun 1956, dan dalam perpustakaan kuno, beberapa pete tua menunjukkan Atlantis dan laut penghubungnya telah ditemukan. Pulau yang diketahui sebagai ibu kota dari negara pada benua yang menyebar dari Afrika Utara dan Eropa menuju Florida dengan iklim tropis pada pantai barat dan selatan, serta iklim dingin pada bagian utara dan timur. Menurut Plato dan ahli-ahli sejarah lainnya, Atlantis memiliki pemerintahan yang paling maju dan damai di dunia pada puncaknya. Dan selama ribuan tahun bumi berada dalam masa damai dengan bentuk sistem politik yang belum ada tandingannya. Ahli-ahli sejarah dan pertualang yang dihormati, seperti Diodorus, Kantor, Marcellinus, Proculus, Plutarch, Herodotus, Timagenus, Aelenus, Theopompos, dan lebih banyak lagi. Semuanya menuliskan tentang Atlantis yang mereka percaya sebagai sebuah peradaban yang benar-benar superior yang hilang ditelan waktu. Semua negara kuno di benua Amerika menuliskan Atlantis dalam peninggalan-peninggalannya.

Diperoleh dari "http://id.wikipedia.org/wiki/Lumeria"
Kitab Daniel
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Perjanjian Lama
Kejadian
Keluaran
Imamat
Bilangan
Ulangan
Yosua
Hakim-hakim
Rut
1 Samuel
2 Samuel
1 Raja-raja
2 Raja-raja
1 Tawarikh
2 Tawarikh
Ezra
Nehemia
Ester
Ayub
Mazmur
Amsal
Pengkhotbah
Kidung Agung
Yesaya
Yeremia
Ratapan
Yehezkiel
Daniel
Hosea
Yoël
Amos
Obaja
Yunus
Mikha
Nahum
Habakuk
Zefanya
Hagai
Zakharia
Maleakhi
Perjanjian Baru
Kotak info ini: lihat • bicara • sunting
Kitab-kitab Ketuvim
Mazmur
Amsal
Ayub
Kidung Agung
Rut
Ratapan
Pengkhotbah
Ester
Daniel
Ezra
Nehemia
1 Tawarikh
2 Tawarikh
Kotak info ini: lihat • bicara • sunting

Gambar Daniel di Kapel Sistine. Karya Michaelangelo.Kitab Daniel, yang ditulis dalam bahasa Ibrani dan bahasa Aram, adalah sebuah kitab yang terdapat dalam Kitab Suci Ibrani (Tanakh) dan Perjanjian Lama orang Kristen. Kisah dalam kitab ini terjadi pada masa pembuangan di Babel, sebuah masa ketika bangsa Yahudi dibuang dan diasingkan ke Babel. Kisah ini berlangsung sekitar seorang tokoh yang bernama Daniel, seorang bangsa Israel yang menjadi penasihat Nebukadnezar, penguasa Babel dari 605 SM - 562 SM.

Buku ini mempunyai dua bagian yang berbeda: serangkaian cerita dan empat penglihatan apokaliptik. Tiga narasinya melibatkan Daniel, yang mempunyai karunia bernubuat, menafsirkan mimpi dan tanda-tanda ilahi. Dua narasi lainnya menampilkan bangsa Israel yang telah dijatuhi hukuman karena kesalahan mereka dan yang secara ajaib terlepas dari hukuman mati. Pada bagian kedua buku ini, si penulis mengungkapkan dan sebagian menafsirkan serangkaian penglihatan yang digambarkan dalam orang pertama.

Kitab Daniel ini menarik sebab beberapa bagian kitab ini yaitu dari pasal 2:4a sampai 7 ditulis dalam bahasa bahasa Aram sedangkan lainnya dalam bahasa bahasa Ibrani. Hal ini menyebabkan para pakar menyimpulkan bahwa keseluruhan kitab ini tidak ditulis oleh penulis yang sama. Buku ini kemungkinan besar ditulis sekitar tahun 165 SM.

Daftar isi
1 Tahap-Tahap Terjadinya Kitab Daniel
2 Narasi dalam Daniel
3 Penglihatan-penglihatan apokaliptik dalam Daniel
4 Keakuratan sejarah
4.1 "Darius orang Media"
4.2 Belsyazar
4.3 Gilanya Nebukadnezar
4.4 Waktu pengepungan pertama Yerusalem oleh Nebukadnezar
5 Waktu penulisan
5.1 Isi
5.1.1 Antiokhus IV Epifanes
5.1.2 Empat Kerajaan
5.2 Bahasa
5.2.1 Kata-kata pinjaman
5.2.2 Penggunaan kata ‘Kasdim'
6 Kesatuan Daniel
7 Penggunaan “Daniel” oleh orang Kristen
8 Pengaruh Daniel
9 Situs tradisional yang dianggap sebagai lokasi kubur Daniel
10 Lihat pula
11 Pranala luar
12 Rujukan-rujukan



[sunting] Tahap-Tahap Terjadinya Kitab Daniel
Para peneliti di Eropa akhir-akhir ini berpendapat, bahwa kitab Daniel pada awalnya bukanlah merupakan kitab yang utuh seperti halnya yang kita jumpai sekarang ini. Penulisan kitab ini melalui tahapan yang sangat panjang dan berlapis-lapis. Hal ini dapat dilihat dari problem-problem sastra yang terdapat dalam kitab ini.

A. Cerita-Cerita tentang Daniel dan Teman-temannya di Babel (Daniel 1-6): Para peneliti di Eropa dan AS sudah hampir tiba pada kesepakatan, bahwa cerita-cerita (yang sangat fragmentaris) ini merupakan bagian tertua kitab Daniel. Bagian ini berisi tentang legenda-legenda tentang Daniel dan teman-temannya di pembuangan Babel. Kemungkinan cerita-cerita ini berkembang dan beredar secara lisan di dalam keluarga-keluarga (bahasa Ibrani: bet-av) Yahudi di pembuangan Babel pada zaman Persia (sekitar abad ke-4 sM). Hal ini dapat dibuktikan dengan kata-kata Persia yang dapat dijumpai dalam Daniel 1-6, misalnya "pat-bag" yang berarti "makanan raja". Keenam legenda ini semula ditulis dalam bahasa Aram (termasuk juga Daniel 1).


Daniel di gua singa karya Peter Paul Rubens.B. Kitab Daniel Aramaik (Daniel 1-7): Pada zaman para diadok Yunani (sekitar abad ke-3 SM) terjadi penambahan ke dalam cerita-cerita ini dengan penglihatan Daniel 7. Pengeditan ini menghasilkan "kitab Daniel Aramik" (dalam bahasa Aram) yang mempunyai struktur chiastis:

0 Dan 1 Pendahuluan
1 Dan 2 Empat metal dalam mimpi Nebukadnezar
2 Dan 3 Motiv Martir dalam cerita tentang "Tiga orang saleh di Perapian"
3 Dan 4 Kesombongan Nebukadnezar dan hukumannya
3' Dan 5 Kesombongan Belsyazar dan hukumannya
2' Dan 6 Motiv Martir dalam cerita "Daniel di Gua Singa"
1' Dan 7 Empat binatang dalam penglihatan Daniel
Struktur chiastis yang sangat paralel ini membuktikan, bahwa bagian ini merupakan bagian yang utuh.

C. Kitab Daniel (bentuk akhir): Pada masa sulit, ketika Antiokhus Epifanes IV menguasai Siro-Fenisia, ketika terjadi pelecehan agama dan penganiayaan orang-orang Yahudi yang taat, terjadi lagi pengembangan kitab Daniel Aramik (Daniel 1-7) dengan penambahan 3 penglihatan Daniel 8-12. Penyuntingan ini ditulis antara tahun 167 SM sampai 165 SM. Pada tahap ini Daniel 1 yang semula ditulis dalam bahasa Aram diterjemahkan ke dalam bahasa Ibrani, sehingga terlihat, bahwa Dan 1; Dan 8-12 merupakan bingkai Ibrani dan kitab ini adalah kitab berbahasa Ibrani (motiv ini dapat dijumpai juga dalam kitab Ezra), dan hal ini merupakan bentuk "penyelamatan" kitab ini, karena bahasa Ibrani merupakan "bahasa suci" orang Yahudi.

Masalah kapan Daniel ditulis dan siapa pengarangnya telah banyak diperdebatkan. Pandangan tradisional berpendapat bahwa kitab ini ditulis oleh seorang nabi yang bernama Daniel yang hidup pada abad ke-6 SM. Sebaliknya, pandangan-pandangan ilmiah modern umumnya menganggap kitab ini ditulis jauh di kemudian hari, pada pertengahan abad ke-2 SM. Menurut pandangan ini, si pengarang membuat seolah-olah buku itu ditulis sekitar 400 tahun sebelumnya untuk membangun kredibilitas dengan mencantumkan “ramalan-ramalan” yang tepat tentang sejumlah peristiwa historis yang terjadi dari abad ke-5 hingga abad ke-2 SM. Sebuah pandangan ketiga berpendapat bahwa meskipun bagian-bagian tertentu Kitab ini ditulis pada abad ke-2 SM, yang lainnya mungkin ditulis oleh para penulis lain pada waktu yang lebih awal.


[sunting] Narasi dalam Daniel

Daniel di gua singa. Karya Briton Rivière.Bagian yang pertama, keenam pasal pertamanya, terdiri atas serangkaian kisah istana yang tidak terangkai erat, menjalin narasi-narasi yang besifat mengajar, atau kisah-kisah mujizat. Cerita yang pertama ditulis dalam bahasa Ibrani, lalu bahasa Aram digunakan mulai dari ps. 2:4, dimulai dengan pembicaraan tentang “para Kasdim” hingga pasal 7. Kemudian bahasa Ibrani digunakan lagi mulai dari ps. 8 hingga ps. 12. Tiga bagian hanya dilestarikan dalam Septuaginta, dan dianggap apokrif oleh orang-orang Kristen Protestan dan Yahudi, dan deuterokanonik oleh orang-orang Kristen Katolik dan Ortodoks.

Daniel menolak makan daging di istana
Nebukadnezar bermimpi tentang patung yang dibuat dari empat jenis logam dengan kakinya yang dibuat dari campuran besi dan tanah liat, yang ditafsirkan Daniel sebagai empat kerajaan berturut-turut (bandingkan Kerajaan Kelima)
Kisah tentang tungku membara, tempat Ananias (Hananya/Sadrakh), Azarya (Abednego), dan Misael (Mesakh) dibuang karena menolak untuk menyembah kepada patung emas; Allah menyelamatkan mereka dari api tersebut
Nebukadnezar menceritakan mimpinya tentang sebuah pohon yang tinggi, lalu menjadi gila dan kemudian waras kembali
Pesta Belsyazar; di sini Daniel menafsirkan tulisan mene mene tekel upharsin
Daniel di kandang singa
Susana dan para tua-tua (apokrif bagi Protestan)
Bel dan Naga (apokrif bagi Protestan)
Edisi Protestan dan Yahudi menghilangkan bagian-bagian yang tidak ada dalam teks Masoret: selain kedua pasal yang mengandung kisah-kisah tentang Daniel dan Susana dan tentang Bel dan Naga, sebuah kisah yang panjang disisipkan ke tengah-tengah Daniel 3. Tambahan ini memuat Doa Azarya sementara ketiga pemuda itu berada di dalam tungku api, sebuah kisah pendek tentang malaikat yang menemui mereka di dalam tungku, dan nyanyian pujian yang mereka nyanyikan ketika mereka sadar bahwa mereka telah diselamatkan Doa Azarya dan Nyanyian Ketiga Pemuda yang Kudus dipertahankan dalam Septuaginta dan dalam kanon Ortodoks Timur, Ortodoks Oriental, dan Katolik; "Nyanyian Ketiga Pemuda yang Kudus " adalah bagian dari doa Matin (pagi hari) dalam Gereja Ortodoks, dan Laud (subuh) pada hari Minggu dan hari-hari pesta para santo dalam Gereja Katolik.

Narasi ini ditempatkan pada masa Pembuangan di Babel, mula-mula di istana Nebukadnezar dan belakangan di istana penggantinya Belsyazar dan seseorang yang bernama 'Raja Darius' yang tidak jelas identitasnya (lih. 'Keakuratan sejarah' dan 'Waktu penulisan' di bawah). Daniel dipuji dalam Easton's Bible Dictionary, 1897, sebagai "sejarahwan di Pembuangan, satu-satunya penulis yang dapat memberikan laporan tentang rangkaian kejadian pada masa yang gelap dan berat pada saat harpa Israel tergantung di pohon-pohon yang bertumbuh di tepi Sungai Eufrat. Kisahnya boleh dikatakan pada umumnya menyelingi di antara [Kitab] Raja-raja dan Tawarikh di satu pihak dan Ezra di pihak lain, atau (lebih tepatnya) mengisi catatan singkat yang diberikan oleh penulis Tawarikh dalam satu ayat saja dalam pasalnya yang terakhir: "Mereka yang masih tinggal dan yang luput dari pedang diangkutnya ke Babel dan mereka menjadi budaknya dan budak anak-anaknya sampai kerajaan Persia berkuasa."

Daniel muncul sebagai penafsir mimpi dan penglihatan dalam narasi-narasi ini, namun bukan sebagai seorang nabi.


[sunting] Penglihatan-penglihatan apokaliptik dalam Daniel
Bagian yang kedua, enam pasal sisanya, berisi tentang penglihatan-penglihatan, sebuah contoh awal dari sastra apokaliptik. Di sini si penulis, yang kini berbicara sebagai orang pertama, mengungkapkan sebuah penglihatan yang hanya diberikan kepadanya saja. Latar belakang historis dari pasal pertamanya tidak muncul, kecuali dalam bentuknya yang sangat singkat, yang terdiri dari tanggal-tanggal regnal dates. Bagian ini pun terdiri dari dari dua bahasa, sebagian (hingga 7:28) ditulis dalam bahasa Aram, sisanya (pasal 8-12) dalam bahasa Ibrani. Bagian apokaliptik dari Daniel terdiri dari tiga penglihatan dan sebuah komunikasi kenabian yang panjang, yang terutama berkaitan dengan masa depan Israel:

Penglihatan pada tahun pertama Belsyazar Raja Babel (7:1) mengenai empat binatang buas yang besar (7:3) mewakili empat raja (7:17) dan empat kerajaan (7:23) yang akan datang, dan yang keempat akan menelan seluruh bumi, menginjak-injak, dan menghancurkannya (7:23); kerajaan keempat ini menghasilkan sepuluh orang raja, dan kemudian, orang kesebelas yang khusus, muncul dari kerajaan keempat yang menaklukkan tiga dari sepuluh raja (7:24), berbicara melawan Yang Maha Tinggi dan orang-orang kudus dari Yang Maha Tinggi, dan bermaksud mengubah masa dan hokum (7:25); setelah suatu masa dan satu setengah masa (tiga setengah tahun), orang ini dihakimi dan wilayahnya pun diambil daripadanya (7:26). Lalu kerajaan itu dan wilayahnya dan kebesaran kerajaan-kerajaan di bawah seluruh langit itu diserahkan kepada orang-orang kudus dari Yang Maha Tinggi (7:27)
Penglihatan dalam tahun ketiga Belsyazar mengenai seekor domba jantan dan seekor kambing jantan (8:1-27); Daniel menafsirkan kambing itu sebagai "kerajaan Yawan" artinya, kerajaan Yunani (8:21)
Penglihatan pada tahun pertama dari Darius anak Ahasyweros (9:1) mengenai tujuh puluh minggu, atau tujuh puluh kali "tujuh", yang dibagi ke dalam sejarah bangsa Israel dan Yerusalem (9:24)
Sebuah penglihatan yang panjang dalam tahun ketiga dari Koresy raja dari Persia (10:1 - 12:13)
Penglihatan-penglihatan kenabian dan eskatologis Daniel, dengan penglihatan-penglihatan Yehezkiel dan Yesaya, adalah ilham kitab suci bagi banyak ideologi dan simbolisme apokaliptik dari Naskah Laut Mati komunitas Qumran dan sastra awal kekristenan. "Hubungan Daniel yang jelas dengan pemberontakan Makabe di Palestina tidak disangsikan merupakan salah satu alasan mengapa para prabi, setelah pemberontakan melawan Roma, menurunkannya dari posisinya di antara 'Nabi-nabi'" (Eisenman 1997, hlm. 19f).

Dalam Daniel terdapat rujukan-rujukan pertama kepada "kerajaan Allah", dan rujukan yang paling jelas terhadap kebangkitan orang mati di dalam Tanakh.


[sunting] Keakuratan sejarah
Sejumlah pernyataan di dalam Daniel dianggap bertentangan dengan apa yang dikenal sejarah. Inilah salah satu alasan mengapa para sejarahwan modern tentang Babel atau Persia Akhemenid tidak menganggap narasi Daniel sebagai bahan sumber. Alasan-alasan lain untuk sikap berhati-hati ini diberikan dalam artikel tentang Waktu penulisan di bawah.

Empat keberatan diberikan di bawah ini mewakili, dalam urutan signifikansi, contoh-contoh penting tentang kesalahan yang umumnya ditemukan oleh para sejarahwan di dalam Kitab Daniel.


[sunting] "Darius orang Media"
Ada tiga pandangan utama tentang identitas Darius orang Media. Yang pertama, diajukan oleh H.H. Rowley dalam Darius the Mede and the Four World Kingdoms in the Book of Daniel, menyimpulkan bahwa Darius adalah sekadar nama lain untuk Koresy Agung, yang merebut Babel pada 15 Oktober 539 SM. Sebuah pandangan lain, yang diajukan oleh John Whitcomb (meskipun mulanya diajukan oleh Babelon pada 1883) dalam bukunya pada 1959, Darius the Mede mengatakan bahwa Darius hanyalah sekadar nama lain dari tokoh sejarah Gubaru (kadang-kadang dieja sebagai Ugbaru). Pandangan ini popular di kalangan orang-orang Kristen konservatif. Pandangan yang ketiga menganggap Darius sebagai nama lain dari Astyages, orang Media penguasa terakhir dari Kerajaan Persia yang akhirnya digulingkan oleh Koresy.

Pandangan tentang Koresy: Di luar Gubaru dan Astyages, Koresy Agung adalah raja dari kerajaan itu. Koresy juga menikah dengan seorang Media, sementara ia sendiri pun mempunyai darah Media. Sebuah analisis tentang teks-teks varian, khususnya Septuaginta, mengungkapkan bahwa nama-nama "Darius" (DRYWS dalam bahasa Ibrani) dan "Koresy" (KRWS) dibalikkan dalam 11:1, dan kemungkinan telah keliru disalin di tempat lain. Sebutan "Media (Ibr. MMAI) mungkin telah digunakan sebagai istilah etnis untuk diberikan kepada orang-orang Persia pula, yang berasal dari ras yang sama.

Pandangan tentang Gubaru/Ugbaru: Gubaru adalah tokoh sejarah yang dikenal sebagai orang yang sesungguhnya memimpin pasukan untuk merebut Babel (lihat Pierre Briant di bawah) menurut Nabonidus. Juga, sama sekali mungkin bahwa Koresy menghadiahi Gubaru dengan jabatan gubernur regional karena berhasil merebut ibu kota Kerajaan Babel dan praktis mengakhiri peperangan. Lebih lanjut, Alkitab mengklaim bahwa Darius memerintah pada masa pemerintahan Koresy dan "dijadikan raja" atas orang Kasdim.

Pandangan tentang Astyages: Baris pembukaan dari "Bel dan Naga" merujuk kepada Astyages, yang memang merupakan raja terakhir orang Media sebelum Koresy, tetapi sebuah ayat yang hampir sama ditambahkan dalam teks Yunani setelah akhir pasal 6, yang berbunyi "Darius" di tempat yang mestinya "Astyages". Yang lebih jelas lagi, Astyages hanyalah salah satu dari tiga orang yang ketahui memang merupakan orang Media dan juga seorang raja.

Sebuah kesulitan untuk memastikan pandangan yang tepat, demikian Rowley mengakui: "Rujukan-rujukan kepada Darius orang Media dalam Kitab Daniel telah lama diakui menimbulkan masalah-masalah historis yang paling serius." Rowley merujuk kepada orang yang digambarkan oleh Daniel sebagai yang menguasai Babel setelah Belsyazar digulingkan. Daniel menggambarkan tokoh ini sebagai Darius orang Media, yang berkuasa atas Babel dalam pasal 6 dan 9. Daniel melaporkan bahwa Darius 'sekitar 62 tahun umurnya' ketika ia 'diangkat menjadi raja atas Babel'

Para sejarahwan sekular telah mengkritik laporan ini karena tiga alasan. Pertama, tidak ada sejarah sekuler yang berbicara tentang 'Darius orang Media,' dan kedua, orang-orang Persia pada masa itu berada di atas angin dalam peperangan mereka melawan orang Media. Ketiga, sejarah kontemporer yang diberikan dari dokumen-dokumen tulisan paku pada masa itu, seperti Silinder Koresy dan Catatan Sejarah Babel tidak memberikan tempat apapun bagi pendudukan Babel oleh orang Media sebelum orang-orang Persia di bawah Koresy menaklukkannya.

Para sejarahwan Kristen membantahnya dengan mengklaim bahwa kerajaan Darius disebutkan hanya terdiri dari orang-orang Kasdim – wilayah yang ada di sekitar kota Babel. Ini berarti bahwa Darius adalah seorang raja ‘’vassal’’ di bawah pemerintahan Koresy; sesuatu yang cukup lazim bagi orang-orang Persia. Kedua, meskipun orang Persia telah mengalahkan dan menyerap kerajaan Media, banyak orang Media yang masih berkuasa di dalam Kerajaan Persia. Aystages yang orang Media, adalah kakek Koresy, dan banyak orang Media menjadi ‘’satrap’’, gubernur, dan jenderal (Lihat orang Media).


[sunting] Belsyazar

Lukisan minyak cerita Belsyazar dari kitab Daniel oleh Rembrandt, 1635Akk. bêl-šar-usur. Selama bertahun-tahun Belsyazar menjadi teka-teki bagi kaum for sejarahwan. Kitab Daniel menyatakan bahwa ia adalah “Raja” (Ar. מֶלֶך) pada malam Babel jatuh (ps. 5) dan mengatakan bahwa “ayah”nya (Ar. אַב) adalah Nebukadnezar (5:2, 11, 13, 18). Sebelum 1854, para arkeolog dan sejarahwan tidak tahu apa-apa tentang Belsyazar di luar Kitab Daniel. Memang, meskipun baik Xenophon (Cyropaedia, 7.5.28-30) maupun Herodotus (The Histories, 1.191) menceritakan jatuhnya Babel ke tangan Koresy Agung, keduanya tidak menyebutkan nama raja Babel. Lebih jauh, daftar raja yang disusun oleh Berossus dan Ptolemeus menyebutkan nama Nabonidus (Akk. Nabû-nā'id) sebagai Raja Babel terakhir, namun tidak menyebutkan nama Belsyazar. Hal ini menyebabkan Ferdinand Hitzig mengklaim pada 1850 bahwa Belsyazar adalah "rekaan dari imajinasi si penulis Yahudi."

Sejak saat itu bukti baru dari Babel telah memastikan keberadaan Belsyazar serta pemerintahan-bersamanya ketika Nabonidus, ayahnya, berkuasa di Temâ. Misalnya, dalam Silinder Nabonidus, Nabonidus memohon kepada Dewa Sin sbb: “Dan mengenai Belsyazar anak sulungku, biarlah rasa takutmu kepada Ilahi yang agung mengisi hatinya dan semoga kiranya ia tidak berbuat dosa; dan kiranya ia menikmati kebahagiaan dalam hidupnya". Selain itu, Laporan Syair tentang Nabonidus (British Museum tablet 38299) menyatakan, “[Nabonidus] mempercayakan tentara (?) kepada anaknya yang tertua, anaknya yang sulung, pasukan-pasukan di negeri ini diperintahnya di bawah komandonya. Ia melepaskan segala-galanya, mempercayakan kerajaan kepadanya, dan, ia sendiri, ia memulai suatu perjalanan yang panjang. Pasukan-pasukan militer Akkad berbaris bersamanya, ia berbelok ke Temâ jauh di sebelah barat” (Col. II, lines 18 - 29. 18). Sejalan dengan pernyataan bahwa Nabonidus "mempercayakan kerajaan" kepada Belsyazar sementara ia tidak ada, terdapat bukti bahwa nama Belsyazar digunakan dengan nama ayahnya dalam rumusan-rumusan sumpah, bahwa ia mampu mengeluarkan edik, menyewakan tanah perladangan, dan menerima "hak-hak istimewa kerajaan" untuk memakan makanan yang dipersembahkan kepada dewa-dewa.

Informasi yang tersedia mengenai pemerintahan bersama Belsyazar tidak berkata apa-apa setelah tahun ke-14 Nabonidus. Menurut Catatan Sejarah Nabonidus, Nabonidus kembali dari Temâ pada tahun ke-17nya dan merayakan pesta Tahun Baru (Akk. Akitu). Apakah Belsyazar melanjutkan pemerintahan bersamanya dengan ayahnya setelah kepulangannya atau tidak, tidak dapat dibuktikan dari dokumen-dokumen yang tersedia. Sebagian mengklaim bahwa tidak dirayakannya Akitu pada masa Nabonidus tidak ada membuktikan bahwa Belsyazar tidak boleh disebut "Raja" karena hal itu membuktikan bahwa ia tidak dapat memimpin festival tersebut. Namun demikian, Laporan Syair tentang Nabonidus mengatakan, "Nabonidus berkata: 'Aku akan membangun kuil baginya (Sin, Dewa Bulan)...hingga aku mencapainya, hingga aku memperoleh apa yang menjadi kerinduanku, aku akan menghapuskan semua festival, Aku bahkan akan memerintahkan agar pesta perayaan Tahun Baru dihentikan!'" Jadi, penghentian Akitu tersebut tampaknya dilakukan dengan perintah Raja dan bukan suatu ketidakmampuan pada pada pihak Belsyazar. Sebagian juga telah mengatakan bahwa ia tidak boleh disebut "Raja" karena ia tidak pernah disebut demikian dalam dokumen-dokumen yang ada. Walaupun memang benar bahwa tak satupun dari dokumen-dokumen ini secara tegas menyebut Belsyazar "Raja," aline sebelumnya menunjukkan bahwa dokumen-dokumen itu memang memperlihatkan bahwa Belsyazar bertindak dalam kapasitas raja. Lebih jauh, istilah bahasa Aram מלך (mlk, raja) dapat digunakan untuk menerjemahkan gelar-gelar para pejabat yang lebih rendah pangkatnya seperti yang dapat dilihat dalam kasus sebuah prasasti dwi-bahasa Akadia/Aram abad ke-9 SM yang ditemukan di Tell Fekheriyeh pada 1979 yang menggunakan sebutan "raja" untuk “gubernur” Akadia.

Tak satupun teks-teks di luar Alkitab yang menunjukkan hubungan darah antara Nebukadnezar dan Belsyazar. Para sejarahwan berkeberatan bahwa aspek ini dicatat dalam Daniel. Ada sejumlah penguasa Babel antara kematian Nebukadnezar dan berkuasanya Nabonidus/Belsyazar. Banyak pakar yang menjelaskan kenyataan bahwa para penguasa ini tidak disebutkan sebagai petunjuk bahwa si penulis keliru dalam dugaannay bahwa kedua penguasa itu menjabat secara berturut-turut. Sebagaimana dikatakan oleh para editor Jewish Encyclopedia (1901-1906), yang menunjukkan keyakinan bahwa Daniel ditulis jauh belakangan (lihat 'Waktu penulisan'), "pada masa tradisi lisan yang panjang raja-raja Babel yang tidak penting dapat dengan mudah terlupakan, dan raja terakhir, yang dikalahkan oleh Koresy, tampaknya dianggap sebagai pengganti dari Nebukadnezar yang terkenal." Berdasarkan penalaran ini, para sejarahwan menganggap rujukan kepada hubungan Belsyazar dengan Nebukadnezar semata-mata sebagai kesalahan yang didasarkan pada kesalahpahaman di atas.


[sunting] Gilanya Nebukadnezar

Raja Nebukadnezar yang menjadi gila, karya William Blake.Keberatan penting ketiga yang diajukan oleh para sejarahwan adalah laporan tentang kegilaan yang diderita oleh Nebukadnezar yang ditemukan dalam pasal 4 Daniel. Dalam Naskah Laut Mati sebuah potongan yang dikenal sebagai Doa Nabonidus (4QPrNab) membahas penyakit yang dialami oleh Nabonidus, dan diduga (1) bahwa kegilaan Nebukadnezar yang dibahas oleh Daniel sesungguhnya merupakan bukti bahwa sebuah tradisi lisan tentang sebuah penyakit yang aneh sesungguhnya diubah menjadi olok-olok melalui pengisahkan kembali sebagai cerita yang secara keliru dicatat oleh Daniel.


[sunting] Waktu pengepungan pertama Yerusalem oleh Nebukadnezar
Kitab Daniel dimulai dengan mengatakan:

Pada tahun yang ketiga pemerintahan Yoyakim, raja Yehuda, datanglah Nebukadnezar, raja Babel, ke Yerusalem, lalu mengepung kota itu. Tuhan menyerahkan Yoyakim, raja Yehuda, dan sebagian dari perkakas-perkakas di rumah Allah ke dalam tangannya. Semuanya itu dibawanya ke tanah Sinear, ke dalam rumah dewanya; perkakas-perkakas itu dibawanya ke dalam perbendaharaan dewanya. (TB)
Ini tampaknya adalah deskripsi mengenai pengepungan pertama Yerusalem pada 597 SM, yang terjadi pada tahun ke-12 Yoyakim hingga masa pemerintahan anaknya, Yoyakhin. (lihat 2 Raja-raja 24 dan 2 Tawarikh 36). Pada tahun ketiga Yoyakim (606 SM), Nebukadnezar belum menjadi raja Babel, dan orang-orang Mesir masih mendominasi wilayah itu. Para pendukung tanggal penulisan Daniel yang lebih awal umumnya menjelaskan hal ini dengan mencantumkan pengepungan lainnya atas Yerusalem, yang sebenarya tidak pernah diketahui 605 SM, tak lama setelah Pertempuran Karkemis.


[sunting] Waktu penulisan
Menurut tradisi, Kitab Daniel diyakini ditulis oleh orang yang bernama sama pada masa dan tak lama sesudah pembuangan di Babel pada abad ke-6 SM. Sementara kebanyakan sarjana Kristen konservatif dan Yahudi Ortodoks masih menegaskan tanggal ini sebagai waktu yang realistik, di kalangan sarjana liberal terdapat konsensus bahwa arkeologi dan analisis tekstual menunjukkan waktu penulisan yang jauh di kemudian hari.

Pembagian ini terutama disebabkan oleh teologi: para sarjana Alkitab yang konservatif menerima klaim Alkitab bahwa nabi-nabi dapat melihat jauh ke masa depan dan kemudian menggambarkan apa yang mereka lihat di dalam bahasa lisan atau tulisan. Para sarjana Alkitab yang liberal, yang berasal dari aliran Kritik Tinggi Jerman, menolak pendapat bahwa nabi-nabi dapat melihat jauh ke masa depan, bahwa pada kenyataannya Daniel tidak mempunyai penglihatan seperti itu. Hal ini membangkitkan lebih banyak persoalan daripada memecahkannya. Banyak dari metafora yang digunakan dalam penglihatan-penglihatan Daniel cukup hidup, menunjuk kepada individu-individu dan kerajaan-kerajaan tertentu. Spesifisitas dari penglihatan-penglihatan ini merupakan garis pemisah di antara kedua kubu. Jadi, para ahli liberal harus mengatasi masalah spesifisitas Daniel, menetapkan waktu pneulisan Kitab Daniel jauh belakangan (lihat di bawah) dan menghubungkan kitab ini kepada seorang penulis yang tidak dikenal yang menampilkan Daniel sebagai si pengarang kitab ini yang memakai namanya.

Keilmuan liberal tentang penetapan waktu penulisan Kitab Daniel umumnya tergolong pada dua kubu: yang pertama mengatakan bahwa kitab ini secara keseluruhan ditulis oleh satu orang pengarang pada masa dihancurkannya Bait Suci Yerusalem (168-165 SM) di bawah penguasa Seleukus Antiokhus IV Epifanes (memerintah 175-164 SM), yang lainnya menganggapnya sebagai kumpulan cerita yang berasal dari waktu yang berbeda-beda di sepanjang periode Helenis (dengan sebagian bahannya kemungkinan berasal dari periode Persia yang terakhir), dengan penglihatan-penglihatan dalam pasal 7-12 ditambahkan di kemudian hari pada masa pencemaran Bait Suci oleh Antiokhus. John Collins berpendapat bahwa menurut analisis tekstual bagian "kisah-kisah istana" dari Daniel ini tidak mungkin ditulis pada abad ke-2 SM. Dalam entrinya untuk Kitab Daniel pada 1992 dalam Anchor Bible Dictionary, ia menyatakan "jelas bahwa cerita-cerita istana dalam pasal 1-6 'tidak ditulis pada masa Makabe'. Bahkan tidak mungkin kita mengisolir satu ayat pun yang menunjukkan penyisipan oleh seorang redaktur dari masa tersebut." Sebagian ahli tidak setuju dengan pendapatnya ini, dan masih yakin bahwa bagian ini ditulis pada masa pemberontakan Makabe bersama dengan pasal tentang penglihatan.


[sunting] Isi

[sunting] Antiokhus IV Epifanes
Kebanyakan penafsir menemukan bahwa rujukan-rujukan dalam Kitab Daniel mencerminkan penganiayaan Israel oleh Antiokhus IV Epifanes (175–164 SM), dan akibatnya mereka percaya bahwa bagian itu berasal dari periode tersebut. Secara khusus, penglihatan dalam pasal 11, yang memusatkan perhatian pada serangkaian peperangan antara "Raja dari Utara" dengan "Raja dari Selatan," pada umumnya ditafsirkan sebagai pembahasan mengenai sejarah Timur Dekat dari masa Alexander Agung hingga masa Antiokhus IV; yang dimaksudkan dengan "Raja-raja dari Utara" adalah raja-raja Seleukus dan "Raja-raja dari Selatan" adalah raja-raja Ptolemaik, penguasa Mesir. Kesimpulan ini pertama kali diambil oleh filsuf Porfiri dari Tirus, seorang Neoplatonis kafir abad ke-3 yang tulisannya sebanyak 15 jilid yang berjudul Melawan Orang Kristen hanya kita kenal melalui jawaban yang diberikan oleh Hieronimus. Hieronimus menerima banyak (tetapi tidak semua) dari penafsiran Porfiri tentang penglihatan Daniel, tetapi berpegang pada pandangan tradisional tentang tanggal penulisan Daniel dan berpendapat bahwa kesamaan-kesamaan dengan sejarah yang sesungguhnya disebabkan oleh karena Daniel memang seorang nabi sejati, dan bukan karena buku itu ditulis di kemudian hari. Jadi, Porfiri adalah satu-satunya kritikus yang dikenal hingga abad ke-17 yang mengungkapkan keraguannya bahwa Daniel ditulis pada masa yang lebih awal. Banyak sejarahwan berpendapat bahwa kitab ini ditulis untuk mempengaruhi orang-orang Yahudi yang hidup di bawah penganiayaan Antiokhus. Mereka yakin bahwa kejadian-kejadian yang digambarkan di dalam penglihatan-penglihatan itu sesuai benar dengan kejadian-kejadian pada masa Makabe sementara kitab itu keliru pada peristiwa-peristiwa penting yang menyangkut sejarah Babel.


[sunting] Empat Kerajaan
Kebanyakan sarjana Alkitab menganggap bahwa keempat kerajaan yang dimulai dengan Nebukadnezar, yang disebutkan dalam penglihatan tentang patung Nebukadnezar dalam Daniel 2, identik dengan empat kerajaan “akhir zaman’ yang disebutkan dalam penglihatan pada pasal 7, dan biasanya menganggap kerajaan-kerajaan itu adalah (1) Babel, (2) Media, (3) Persia, dan (4) Yunani (Collins). Sebagian orang Kristen konservatif mengidentifikasikannay sebagai (1) Babel, (2) "Media-Persia," (3) Yunani, dan (4) Roma (mis. Young); yang lainnya (mis. Stuart, Lagrange) mendukung skema berikut ini: (1) Neo-Babel, (2) Media- Persia, (3) kerajaan Yunani dari Alexander Agung, dan (4) saingannya, Diadochi, yaitu. Mesir dan Suriah.


[sunting] Bahasa
Daerah perdebatan besar terakhir menyangkut masa penulisan Daniel berkaitan dengan bahasa yang digunakan. Kedua rujukan yang digunakan untuk menetapkan masa penulisan bahasa Aram adalah naskah Samaria yang berasal pada masa yang sezaman (abad ke-4 SM) dan Naskah Laut Mati (abad ke-2 SM-abad pertama M). Menurut John Collins dalam tafsiran 1993-nya, Daniel, Hermennia Commentary, bahasa Aram dalam Daniel hampir secara universal dianggap oleh para sarjana berasal dari bentuk yang belakangan yang digunakan di Samaria pada masa yang sama, tetapi bentuk bahasa ini dianggap oleh banyak orang sedikit lebih awal daripada apa yang digunakan dalam Naskah Laut Mati. Oleh karena itu, kisah-kisah Aram dalam pasal 2-6 dianggap oleh sebagian pakar telah ditulis lebih awal dalam masa Helenistik daripada sisa kitab ini, dengan kisah tentang penglihatan dalam pasal 7 sebagai satu-satunya bagian berbahasa Aram yang berasal dari masa Antiokhus. Bahasa Ibrani dalam kitab ini, betapapun juga, mirip dengan yang ditemukan dalam Naskah Laut Mati, sehingga menunukkan masa abad kedua SM date untuk bagian-bagian berbahasa Ibrani dari kitab ini (pasal 1 dan 8-12). 2


[sunting] Kata-kata pinjaman
Ada tiga kata Yunani yang digunakan di dalam teks ini yang telah lama dianggap sebagai bukti bahwa Daniel di tulis belakangan. Ketiga kata Yunani ini digunakan untuk alat-alat musik. Kehadiran kata Yunani 'symphonia' (simfoni) menurut Rowlings paling awal digunakan pada abad kedua SM, tetapi keilmuan modern kini tahu bahwa kata ini digunakan jauh lebih awal, baik dalam pengertian sebagai alat musik spesifik dan seagai istilah untuk merujuk kepada sebuah kelompok alat musik yang dimainkan dalam satu suara. Pythagoras menggunakan istilah ini untuk sebuah alat musik pada abad ke-6 SM, sementara penggunaannya untuk sebuah kelompok yang bermain bersama-sama ditemukan pada abad ke-6 SM 'Hymni Homerica, ad Mercurium 51'. Namun demikian, meskipun kata ini telah digunakan pada masa yang cukup awal di Yunani, tak ada bukti bahwa alat-alat musik ini digunakan di Mesopotamia pada masa Neo-Babel di mana alat-alat ini konon digunakan di dalam Daniel. Jadi, penyebutannya di dalam kitab ini pada umumnya ditafsirkan sebagai anakronisme.

Juga terdapat 19 kata pinjaman bahasa Persia di dalam kitab ini, kebanyakan daripadanya berkaitan dengan posisi-posisi pemerintahan.


[sunting] Penggunaan kata ‘Kasdim'
Kitab Daniel menggunakan istilah "Kasdim" untuk merujuk kepada sebuah kelompok etnis Babel dan kepada para ahli bintang pada umumnya. Menurut Montgomery dan Hammer, penggunaan kata ‘Kasdim’ oleh Daniel untuk merujuk para ahli bintang pada umumnya adalah suatu anakronisme, karena pada masa Neo-Babel dan awal Persia ketika Daniel konon hidup, kata itu hanya merujuk kepada suatu kelompok etnis. Bandingkan dengan Orakel Kasdim yang belakangan .


[sunting] Kesatuan Daniel
Studi tentang masalah kesatuan dalam Daniel sangat berbeda dibandingkan dengan studi mengenai penentuan tanggal penulisannya. Sementara hampir semua ahli menyimpulkan bahwa kitab ini selesai ditulis pada bentuk finalnya pada abad ke-2, mereka saling berbeda pendapat mengenai kesatuan kitab Daniel. Banyak ahli, yang menemukan bagian-bagian dari kitab ini membahas tema-tema yang mereka anggap tidak cocok dengan masa Antiokhus, menyimpulkan bahwa bagian-bagian yang berlainan dari kitab ini ditulis oleh penulis yang berbeda-beda pula. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah Barton, L. Berthold, Collins, dan H. L. Ginsberg. Sejumlah sejarahwan yang mendukung bahwa kitab ini adalah sebuah kitab yang utuh menyatu termasuk J.A. Montgomery, S.R. Driver, R. H. Pfeiffer, dan H.H. Rowling dalam risalatnya yang diberinya judul The Unity of the Book of Daniel. (Kesatuan Kitab Daniel)

Mereka yang berpegang pada klaim bahwa Daniel adalah sebuah kitab yang utuh beranggapan bahwa lawan-lawan mereka gagal menemukan konsensus apapun dalam berbagai teori mereka tentang di di mana pembagian itu muncul. Montgomery khususnya sangat keras terhadap rekan-rekannya, dan menyatakan bahwa pengembangan teori-teori yang tidak menghasilkan kesepakatan itu menunjukkan “kebangkrutan kritik.” Mereka juga menuduh bahwa teori-teori komposit (penggabungan tulisan) gagal dalam menjelaskan gambaran tematis yang konsisten tentang kehidupan Daniel di sepanjang Kitab Daniel.


[sunting] Penggunaan “Daniel” oleh orang Kristen
Seperti yang disebutkan di atas, Doa Azarya dan Nyanyian Ketiga Anak dari bagian Kitab Daniel yang deuterokanonik digunakan secara luas dalam doa Ortodoks dan Katolik.

Berbagai episode dalam paruhan pertama dari kitab ini digunakan oleh orang Kristen sebagai cerita-cerita yang bermuatan pesan moral, dan sering dianggap sebagai kejadian-kejadian yang kelak akan muncul dalam kitab-kitab Injil.

Bagian apokaliptik terutama sangat petning bagi orang Kristen karena gambaran tentang "Anak Manusia" (Dan. 7:13). Menurut kitab-kitab Injil, Yesus menggunakan gelar ini sebagai nama pilihannya untuk dirinya sendiri. Hubungan dengan penglihatan Daniel (yang dipertentangkan dengan penggunaannya di dalam Kitab Yehezkiel) dibuat jelas dalam kitab Injil Matius dan Markus (Mat. 27:64; Mrk. 14:62). Orang Kristen melihat hal ini sebagai klaim langsung oleh Yesus bahwa dialah sang Mesias itu.


[sunting] Pengaruh Daniel
Karena spesifisitas nubuatnya dan tempatnya dalam kanon Yahudi dan Kristen, Kitab Daniel telah memberikan pengaruh yang besar dalam sejarah Yahudi dan Kristen.

Kitab Daniel dimasukkan dalam Alkitab Ibrani, Tanakh, dalam bagian yang dikenal sebagai Ketuvim (Hagiographa, atau "Tulisan-tulisan") . Daniel dianggap sebagai nabi dalam Qumran (4Q174 [4QFlorilegium]) dan belakangan oleh Yosefus (Antiquity of the Jews 10.11.7 §266) dan oleh pengarang ("Pseudo-Philo") dari Liber antiquitatum biblicarum (L.A.B. ["Book Biblical antiquities"] 4.6, 8), dan dikelompokkan di antara nabi-nabi dalam Septuaginta, kitab Perjanjian Lama orang Yahudi dalam bahasa Yunani, dan oleh orang Kristen, yang menempatkan kitab ini dalam kumpulan Nabi-nabi. Namun demikian, Daniel saat ini tidak dicantumkan oleh orang-orang Yahudi di dalam kumpulan Kitab Nabi-nabi, Nebiim.

Ahli eksegesis Yahudi, Rabi Moses Ben Maimon, yang belakangan disebut Maimonides, begitu prihatin bahwa "kaum awam yang tidak terdidik akan dibuat tersesat" bila mereka mencoba menghitung waktu sang Mesias karena ada ketetapan yang mengatakan "Terkutuklah mereka yang meramalkan akhir zaman." Ungkapan ini dapat ditemukan dalam suratnya IGERET TEIMAN dan dalam buku kecilnya Peraturan dan Peperangan Sang Raja-Mesias.

Rabi Yehuda Loew ben Bezalel meratapi bahwa masa penggenapan nubuat Daniel "sudah lama lewat" (Sanhedrin 98b, 97a).

Orang Kristen tradisional menerima nubuat-nubuat Daniel, karena mereka percaya bahwa semuanya itu menggambarkan bahwa Yesus Kristus dari Nazaret itulah sang Mesias, dan juga karena dalam Matius 24 Yesus sendiri dikutip menggambarkan nubuat Daniel berlaku bagi kejadian-kejadian yang akan datang tepat sebelum datangnya Hari Penghakiman, dan bukan kepada Epifanes yang hidup sekitar 175 tahun sebelumnya. Mereka menganggap bahwa Nubuat tentang Tujuh Puluh Minggu itu benar-benar meyakinkan karena apa yang mereka tafsirkan sebagai ketepatan nubuat. Banyak orang Yahudi Ortodoks percaya bahwa nubuat itu merujuk kepada kehancuran Bait Suci Kedua oleh orang-orang Romawi pada 70 M. Namun para sarjana sekular percaya bahwa nubuat itu lebih cocok dengan pemerintahan Antiokhus, dan bahwa ini merupakan contoh tentang vaticinium ex eventu (nubuat yang dibuat setelah kejadiannya berlaku).

Studi tentang malaikat pada Abad Pertengahan juga dipengaruhi oleh kitab ini, karena inilah satu-satunya sumber Perjanjian Lama untuk nama-nama dari kedua penghulu malaikat, Gabriel dan Mikail (Dan 9:21; 12:1). Malaikat satu-satunya yang lain yang disebutkan namanya di dalam Perjanjian Lama adalah Rafael, yang disebutkan dalam Kitab Tobit, sebuah kitab deuterokanonik.


[sunting] Situs tradisional yang dianggap sebagai lokasi kubur Daniel
Sebuah makam konon merupakan tempat peristirahatan terakhir nabi Daniel terletak di Benteng Kirkuk di kota Kirkuk di Irak. Ada sebuah masjid yang dibangun di kubur itu. Masjid itu mempunyai gapura dan tiang-tiang dan dua kubah pada dasar yang dihias. Di sampingnya terdapat tiga buah menara yang berasal dari akhir kekuasaan Mongol. Masjid itu sekitar 400 km persegi, dan di situ ada empat buah makam yang konon merupakan makam Daniel, Hana, Ezra dan Mikail. Sebuah makam lain di Susa, Iran, juga diklaim sebagai makam Daniel.